Deretan Kitab KH Hasyim Asy’ari, Tetap Utuh Meski Hanya dengan Bubuk Merica
JOMBANG, FaktualNews.co – Perpustakaan Yusuf Hasyim memiliki banyak peninggalan bersejarah bagi umat muslim di nusantara. Salah satunya adalah kitab-kitab yang ditulis KH Hasyim Asy’ari, pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang.
Deretan kitab-kitab tua itu berjajar rapi di dalam rak berukuran 2 X 4 meter persegi. Terletak di ruang paling belakang perpustakaan Yusuf Hasyim, kitab-kitab yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun itu terlihat masih utuh. Meski di pojok-pojo lembaran kitab, sedikit banyak mulai dimakan hama pengerat.
Kendati demikian, tidak ada satu lembar pun tulisan yang hilang atau sulit untuk dibaca. Goresan tinta yang ditorehkan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama ini, masih nampak terang tanpa. Tak ada satu kalimat atau ayat yang memudar. Entah apa yang menjadi penyebab kitab-kitab itu masih tetap utuh meski selalu dibaca. Sepertinya, nama besar sang penulis, membuat tulisan berbahasa arab itu malu untuk memudar.
“Seperti bisa dilihat sendiri, tulisannya masih utuh, masih bisa dibaca dengan sangat jelas. Tidak ada satupun yang memudar, hanya dipinggir-pinggir kitab ini yang dimakan pengerat, tapi tidak berdampak sama sekali,” kata penjaga perpustakaan Ahmad Wahid Hasyim dan perawat kitab-kitab tulisan tangan KH Hasyim Asy’ari, Zainul Arivin, Senin (3/4/2021).
Secara rutin, Zainul merawat dan membersihkan kitab-kitab tulisan tangan KH Hasyim Asy’ari. Untuk merawatnya cukup simpel, hanya menggunakan alat sederhana, seperti kapur barus serta bubuk merica. Sebab, pondok pesantren tidak memiliki bahan kimia yang khusus digunakan untuk merawat kitab-kitab yang berusia puluhan hingga ratusan tahun ini.
“Karena ini kitab-kitab tua, maka perawatannya itu harus intensif. Kita gunakan kapur barus dan merica. Merica itu kita gerus, kemudian dimasukkan ke dalam kitab-kitab ini. Biar tidak dimakan hewan pengerat. Karena tidak ada obat yang khusus untuk perawatan,” terang Zainul sembar membuka satu kitab tulisan tangan KH Hasyim Asy’ari.
Perawatan menggunakan kapur barus dan merica ini hanya dilakukan saat kegiatan pondok pesantren Tebuireng libur panjang. Biasanya saat liburan semester atau libur puasa hingga hari raya lebaran. Sebab, ia juga tak ingin perawatan itu mengganggu ketenangan para santri yang berkunjung ke perpustakaan.
Perpustakaan Ahmad Wahid Hasyim ini sebenarnya baru didirikan tahun 1974. Semula, ratusan kitab tulisan tangan dan peninggalan KH Hasyim Asy’ari itu hanya disimpan di dalam kamar. Tidak ada satupun sanak keluarga atau santri yang berani menyentuhnya. Jangankan menyentuh, memasuki kamar penyimpanan pun masih pikir-pikir.
“Semuanya disimpan di dalam kamar dalem kasepuhan. Awalnya tidak ada yang berani mengutak-atiknya. Akhirnya setelah mendirikan perpustakaan ini, kita-kitab itu akhirnya keluar. Yang mempelopori itu KH Yusuf Hasyim dan Gus Dur,” jelas Zainul.
Dulu Gus Dur berkeinginan kitab-kitab tulisan KH Hasyim Asy’ari ini dibaca oleh semua orang. Dari itulah, Presiden ke IV RI ini kemudian meminta agar semua kitab-kitab tulisan tangan maupun peninggalan KH Hasyim Asy’ari dikeluarkan dari kamar. Sehingga bisa bermanfaat bagi banyak orang.
“Kalau kitabnya ada ratusan, namun untuk yang tulisan tangan KH Hasyim Asy’ari sendiri ada sekitar 20 kitab yang tersimpan di perpustakaan ini. Seperti rangkuman ayat Al Quran dan Hadist. Kemudian cara menjadi santri yang benar dan beberapa kitab lainnya,” sambung Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Lukman Hakim.
Sebanyak 20 kitab yang ditulis tangan oleh KH Hasyim Asy’ari ini, diantaranya berisi ajaran tasawuf dan akhlak. Seluruhnya, selalu diajarkan kepada para santri yang mondok di Tebuireng. Selain 20 kitab tulisan tangan kakek Gus Dur itu, ada ratusan kitab lain yang berusia sangat tua. Kitab-kitab tersebut adalah kitab yang digunakan KH Hasyim Asy’ari selama mengajar di pesantren Tebuireng.
“Kalau peninggalan kitab yang digunakan untuk mengaji di Tebuireng ada banyak sekali. Sekitar 400 jilid yang berusia tua. Seperti Ihya Ulumuddin, Tafsir dan Hadist. Karena KH hasyim dulu memang sangat sering mengajarkan hadits kepada santri-santrinya. Utamanya hadist dari Bukhori dan Muslim,” jelas Lukman.
Selama ini, kitab-kitab KH Hasyim Asy’ari memang disimpan oleh pihak pondok di perpustakaan dan jarang dikeluarkan. Hal itu semata-mata hanya untuk menjaga keutuhan kitab tersebut. Mengingat, kitab-kitab itu merupakan peninggalan yang sangat berharga dan tidak ternilai.
“Itu semua merupakan hasil pemikiran KH Hasyim Asy’ari, sehingga memang kita lakukan perawatan yang cukup intensif dan tidak pernah dikeluarkan. Terkecuali jika memang ada momentum tertentu, itupun sangat jarang juga,” tukas Lukman.