FaktualNews.co

ACT Janji Beli Gabah Petani Mojokerto Lebih Tinggi dari Harga Pasar

Pertanian     Dibaca : 732 kali Penulis:
ACT Janji Beli Gabah Petani Mojokerto Lebih Tinggi dari Harga Pasar
FaktualNews.co/Muhammad Lutfi Hermansyah
Pembukaan panen raya panen raya pertama di Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (10/04/2021).

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Aksi Cepat Tanggap (ACT), lembaga nirlaba yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan, memastikan akan membeli gabah petani di Mojokerto dengan harga lebih tinggi dari harga pasar saat musim panen raya.

Hal itu disampaikan Presiden ACT , Ibnu Khajar, saat menghadiri panen raya pertama di Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (10/04/2021).

“Kami membeli harga Rp.200 lebih tinggi dari harga di pasar, itu komitmen dari kami,” katanya.

Jika harga gabah di pasar atau ditingkat tengkulak dihargai Rp. 4.500, maka pihaknya akan membeli Rp. 4.700. yang artinya lebih tinggi Rp.200 dibanding harga dipasaran sekarang.

Ia menjelaskan, dalam Panen raya di wilayah Jawa Timur pertama ini terdapat di beberapa titik. Anatar lain Mojokerto, Malang, Pasuruan, Ponorogo, dan Sidoarjo.

Di Mojokerto, sawah yang didanai wakaf melalui program Wakaf Sawah Produktif ini dengan total sawah yang dipanen mencapai sekitar 9 hektare dan hasilnya sebanyak 110 ton.

“Program Wakaf Sawah Produktif melibatkan 3.000 petani, 22.500 tenaga kerja. Selain itu ada 2.500 pesantren yang terberdayakan dengan 23.500 santri yang menerima manfaat per bulan. Di luar itu, 440.474 KK yang menjadi penerima manfaat,” jelas Ibnu.

Lebih lanjut, Kata Ibnu, Intervensi wakaf pada produksi tani dimulai sejak pembibitan. Bibit yang digunakan adalah jenis HMS700. Dimana dalam satu malai dapat mencapai 700 bulir. Lalu dalam pemeliharaan, para petani juga diberikan biaya dan akses untuk mendapatkan pupuk. Sehingga, kualitas padi terjaga dan mendapatkan hasil maksimal.

Gabah yang dipanen juga akan dibeli ACT dengan harga terbaik untuk pendistribusian beras bagi warga prasejahtera selama Ramadhan, melalui Gerakan Sedekah Pangan Ramadhan (GSPR) dan aksi-aksi kemanusiaan lainnya.

“Ini membuktikan bahwa wakaf dapat menjadi motor penggerak dalam menyejahterakan petani. Panen ini menjadi oase di tengah isu rencana ekspor beras. Kebijakan ekspor beras jelas mengancam penyerapan hasil para petani. Akibatnya, harga padi jatuh dan tak dapat menutupi modal yang telah dikeluarkan para petani lokal,” ungkapnya.

Ia menegaskan, pihaknya bertekad untuk memperjuangkan kesejahteraan para petani. Gerakan Sedekah Pangan Ramadhan akan meluaskan pendistribusian Beras Wakaf yang merupakan hasil panen sawah di Mojokerto kali ini.

“Kita memastikan suplai pangan warga prasejahtera terjaga saat Ramadhan,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Pembina YP3I K.H. Mahfudz Syaubari mengatakan, panen raya menjadi suatu kebahagiaan bagi petani. Kebahagiaan itu muncul setelah lebih kurang tiga bulan memelihara dan menjaga padi seperti anak sendiri. Para petani juga berbahagia jika padi yang ia tanam dapat bermanfaat bagi dirinya juga untuk kemaslahatan umat.

“Kebahagiaan petani datang karena padi yang ia tanam siap dipanen. Kebahagiaan itu bertambah saat padi yang ia hasilkan digunakan untuk kemaslahatan umat, menolong warga pra sejahtera, yang membutuhkan, dan kelaparan,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian, Teguh Gubarto, hingga sampai saat ini para petani di Mojokerto hanya bisa menghasilkan 7 Ton per hektare. Jika program dari ACT ini mampu menghasilkan 16 ton per hektare pihaknya mengaku bangga.

“Itu luar biasa, bisa disebar di masyarakat nantinya,” katanya.

Ia pun mengaku baru pertama kali melihat panen luar biasa yang dapat dapat menghasilkan 16 ton per hektare itu. “Nanti akan kita pelajari dari ACT untuk ditukarkan ke petani Mojokerto,” pungkasnya.

Panen raya di desa tersebut yang dibeli Global Wakaf ACT ini, dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftakhul Akhyar, Aster Kodam Brawijaya V, Kolonel Infanteri Ahmad Basuni, Kodim V Brawijaya, Letkol Dwi Mawan, dan Kaolsek Jatirejo, Hery.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh