Ponpes Gado-gado di Ngronggot Nganjuk, Santrinya Mulai Mantan Pecandu Narkoba hingga OdGJ
NGANJUK, FaktualNews.co-Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Islah, Ngronggot, Kabupaten Nganjuk dikenal sebagai ponpes gado-gado. Sebab, semua santri yang ada di pondok ini latar belakang dan kondisi fisiknya campur-baur.
Penanggung jawab Pondok Pesantren Nurul Islah Ngronggot, Moh Ridhoi mengatakan, santrinya memang berasal dari berbagai latar belakang dan beraneka kondisi fisik dan rohaninya.
Mulai dari korban broken home, pecandu narkoba, mantan pelaku free sex, anak autis, cacat fisik, mantan pemabuk minuman keras, korban KDRT hingga kehamilan yang tidak diinginkan. Ironisnya lagi, mayoritas dari mereka adalah berstatus yatim.
“Ada santri yang sehat secara akal pikiran waras, secara jiwa itu sakit atau OdGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) itu bisa mondok di sini,” kata Moh Ridhoi, Jumat (23/04/2021)
Pantauan FaktualNews.co, keluarga pondok dan santri sedang memperingati 100 hari sepeninggal Kiai Manan Hidayat (Alm), Jumat malam, dilakukan dengan Khatmil Qur’an, Tahlil dan buka puasa bersama warga.
Kiai Manan merupakan pendiri dari Pondok Pesantren tersebut. Awal mulanya, banguan pondok hanya berada didepan. Hingga saat ini, bangunannya sudah sampai ke belakang.
Berdasarkan data yang di dapat FaktualNews.co, santri pondok ini ada yang sudah lansia, autis, ODGJ, tunanetra, tunadaksa dan tunawisma. Jumlah semua santrinya 47 orang.
Menurut Ridhoi, diterimanya santri ini, juga karena amalan dari Hadist Nabi, anfauhum linnas. Artinya : orang yang bermanfaat adalah orang yang paling bermanfaat kepada sesama manusia
Selain itu, juga atas nasihat dari Pondok Pesantren Al-Islah Bandar Kediri, yakni dari Kiai Toha kepada Kiai Manan Hidayat.
“Siapapaun yang datang ke pondok itu adalah tamu, hamba Allah. Bagaimanapun masalah hidupnya, jangan sampai ditolak, jangan sampai tidak dibantu,” ujarnya
Dalam keseharian, para santri memakan dan minum seadanya. Dengan nasi dan sayur, tidak pakai lauk pauk. “Tahu tempe itu juga tiap seminggu paling dua hari sekali,” ungkapnya
Beras dan sayuran, banyak sumbangan dari para donatur. “Kalau sayur itu dari penjual pedagang dari pasar yang sayurannya tidak laku selama dua hari, itu lempar ke sini langsung habis,”pungkasnya.
Perlakuan ke Santri ODGJ
Ridhoi tidak berharap banyak dalam aktivitas keagamaan untuk para santri ODGJ, terutama untuk salat dan mengaji.
Para santri ODGJ difokuskan ke kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan. “Baik itu ikut membantu membersihkan lingkungan pondok, ikut cari kayu bakar ataupun memasak,”ujarnya
Hal ini dikarenakan kondisi orangnya tidak memenuhi syarat. Karena ada keterbatasan akal, para santri ODGJ akhirnya diberikan kegiatan yang mengfungsikan tenaganya.
Selain adanya santri ODGJ, ada juga santri dari korban longsor di Selopuro Kecamatan Ngetos. Kemudian ada juga santri yang keterbasatan fisik, tunadaksa dan tunanetra.
Santri Tunanetra Hafalan Al-Qur’an
Ridhoi membenarkan adanya salah satu dari tiga orang santri tunanetra yang hafalan Al-Qur’an
Hambatan selama ini, menurut Ridhoi, karena keterbatasan dari kemampuan orangnya sendiri.
Kemudian, penghafal yang bernama Misran (47) ini, selain tunanetra juga ada gangguan pendengaran dan kesulitan dalam membaca Al-Qur’an Braile
“Kalaupun mengajari harus teriak-teriak. Tapi, seiring berjalanya waktu ini dia tetep istiqomah, setiap hari setoran apa yang di hafal,”katanya
Selama 15 Tahun ini, Misran sudah hafal 15 Juz. Namun, ini sudah terhitung lama. “Ini sudah berjalan lima belas Juz, mau Juz ke enam belas ke tujuh belas,”ujarnya
Ke depan, Ridhoi berharap, tahun ini bisa dikhatamkan dan semakin lancar bacaan hurufnya.
Sisi lain
Bahkan, kata Ridhoi, ada orang yang hamil di luar nikah. Sampai dimana orang tersebut, melahirkan saat masih jadi santri.
Kemudian, ada juga orang tua atau lansia yang tidak dirawat oleh anak-anaknya. Bahkan, sudah ada 4 kali orang tua meninggal dunia di pondok pesantren.
”Karena anaknya tidak mau mengurusi orang tuanya kalau sudah dihari tua,”ujarnya
Kemudian, hal terparah yang pernah terjadi yakni, adanya orang tua yang sakit deabetes dan meninggal di rumah sakit umum daerah Kertosono
Saat anak-anak dari orang tua ini dihubungi, tidak ada yang mau menerima telefon. “Jadi akhirnya ambulan saya arahkan kesini (pondok) untuk disalati, dimandikan bareng-bareng bersama santri-santri,” ungkapnya
Setelah itu, lanjut Ridhoi, jenazah langsung diberangkatkan ke pemakaman keluarga langsung, “Jadi, tidak sampai ke tempat anak. Inilah yang terparah yang saya alami,” imbuhnya.