PASURUAN, FaktualNews.co – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Republik Indonesia, Mahfud MD berencana menjadikan lapas terintegrasi di Pasuruan sebagai pilot project pembangunan Lapas.
Hal itu disampaikan Mahfud MD ketika mengunjungi Lapas Kelas II B Pasuruan, Minggu (2/5/2021).
Sementara Walikota Pasuruan Saifulllah Yusuf dalam kesempatan tersebut menyatakan pihaknya berencana menjadikan lapas Kelas II B sebagai museum jika nanti telah direvitalisasi
Menurutnya, Lapas Pasuruan sudah berhasil merubah image penjara yang menakutkan, menjadi tempat pembinaan yang dapat menghasilkan keuntungan. Baik Lapas maupun warga binaan pemasyarakatan (WBP) itu sendiri.
“Kalau dulu penjara tempat penyiksaan. Tapi sekarang, mindset ini sudah berubah. Banyak karya bisa menjadi bekal kalau mereka keluar. Untuk mereka bisa bekerja dan kreatif, itu bagus sekali,” kata Mahfud, di hadapan awak media yang mengerubutinya.
Saat berkeliling di area dalam Lapas, Mahfud melihat bahwa kapasitas sel tahanan melebihi kapasitas yang tersedia. Bahkan bisa overcapacity hingga empat kali lipat dari kamar normalnya. Yakni dari 260 orang menjadi lebih dari 870 warga binaan yang berada di Lapas Pasuruan.
“Satu kamar yang harusnya isi lima orang tapi bisa sampai 30-40 orang. Ini kelebihannya sampai empat kali lipat,” singkatnya.
Untuk itu, Mahfud MD akan menjadikan pembangunan lembaga pemasyarakatan (lapas) terintegrasi di Kota Pasuruan sebagai pilot project.
“Pembangunan lapas terintegrasi ini akan saya jadikan pilot project pembangunan lapas ke depan. Ada tempat pengobatan, rehabilitasi, pesantrennya dan lainnya,” katanya.
Mahfud MD menyebut, dengan begitu, maka suasananya berbeda. Dan, lapas terintegrasi harus bisa dibuat dengan senyaman mungkin.
“Satu hal yang menggembirakan adalah istilah penjara menjadi lapas. Kalau penjara identik dengan penyiksaan, kalau lapas menjadi tempat rehabilitasi,” sambungnya.
Ia menilai, perubahan ini cukup berhasil, dan sekurang – kurangnya terbukti di sini. Lapas menjadi tempat yang nyaman sebagai tempat pengobatan dan rehabilitasi.
“Lapas menjadi tempat perubahan. Warga binaan bisa belajar, dibekali keahlian, sehingga ketika kembali ke masyarakat mereka sudah berubah dan kreatif,” urainya.
Ia melihat karya teman – teman binaan di Lapas Kelas II B Kota Pasuruan ini luar biasa. Ada yang dibekali di bidang pertanian. Ada yang dibekali keahlian menjahit sarung, pembuatan tempe, pembuatan tabungan dari limbah bekas dan masih banyak lagi.
“Ini harus dipertahankan. Jadi, lapas menjadi tempat perbaikan warga binaan untuk lebih baik dan tidak mengulangi perbuatannya,” jelasnya.
Terpisah, Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf berencana akan menjadikan Lapas kelas II B Kota Pasuruan ini sebagai museum ketika sudah direvitalisasi.
“Kalau sudah dipindah, saya akan kirim surat ke menteri. Saya minta izin untuk menjadikan eks Lapas ini sebagai museum karena ini merupakan cagar budaya,” kata walikota yang kerap disapa Gus Ipul ini.
Gus Ipul berharap, pembangunan lapas terintegrasi ini bisa memberikan banyak opsi fasilitas terkait rehabilitasi psikis.
Kedua, memudahkan mobilisasi dalam setiap tahap pembinaan dan terakhir bisa memanusiakan manusia. Ia berharap, mudah – mudahan lapas terintegrasi ini terwujud.
“Kami sudah siapkan tiga lahan dengan luas rata – rata 5 hektar. Tinggal ditentukan saja. Yang jelas, kami akan siapkan segala kebutuhan. Kalau anggaran dari pusat,” tutupnya.