Peristiwa

Bedah Buku nJombangku Panen Apresiasi, Meski Ada yang Mengkritisi

JOMBANG-FaktualNews.co-Ruang rapat paripurna DPRD Jombang yang sejuk berubah menjadi hangat saat acara Sarasehan dan Bedah Buku nJombangku, Minggu (27/6/2019).

Sang penulis, Binti Rohmatin, yang mendeskripsikan intisari bukunya yang setebal xxiii+296 halaman itu diapresiasi oleh banyak pengunjung yang hadir. Meskipun ada juga yang mencoba ‘mengkritisi’.

Buku nJombangku itu sendiri merupakan kumpulan hasil liputan penulisnya selama menjalani profesi wartawan Jawa Pos Radar Mojokerto dan Jawa Pos Radar Jombang dengan wilayah tugas di Jombang, selama puluhan tahun sejak tahun 2000-an.

Dalam acara yang dibuka Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab itu, selain menampilkan Binti Rohmatin sebagai penulis sekaligus narasumber pertama, juga tampil sebagai narasumber kedua (pembedah) adalah Kartiyono, Sekretaris Komisi A DPRD Jombang.

Bupati Jombang Mundjidah Wahab dalam sambutan pembukaannya mengaku bangga buku karya Binti Rohmatin ini. Menurutnya buku ini bukti Jombang sangat beragam dalam budaya, punya kekayaan alam luar biasa, dan banyak potensi produk khas Jombang.

“Saya berharap dari buku ini muncul gagasan-gagasan baru untuk menggali dan mengembangkan potensi Kabupaten Jombang ini,” kata bupati perempuan pertama di Kabupaten Jombang ini.

Ketua DPRD Jombang Mas’ud Zuremi, mengaku senang dengan gaya penulisan Binti Rohmatin. Jernih dan komunikatif sesuai nalar atau saling berkaitan.

“Akurasi di dalamnya sudah teruji dengan tulisan yang terbit sebelumnya di media cetak. Sumber informasi disebutkan dengan baik, saat proses penggalian data maupun kondisi terkini,” ungkap Mas’ud Zuremi.

Narasumber kedua, Kartiyono yang anggota Fraksi PKB, juga mengapresiasi terbitnya buku nJombangku ini. Sebab bisa mengenalkan beragam budaya, kearifan lokas, dan potensi Jombang. Dia mengaku setiap keluar daerah, banyak orang sudah mengenal tokoh-tokoh nasional asal Jombang.

Misalnya mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cak Nurcholish Madjid, Cak Nun, juga hal-hal unik di Jombang. Misalnya Ponari, Eyang Subur, penjagal manusia Ryan dan lain-lain.

“Namun, sangat jarang yang menanyakan potensi-potensi produk unggulan, sumber daya alam di Kabupaten Jombang. Mungkin dengan adanya buku ini dapat dikenal daerah lain,” ungkap Kartiyono.

Saya mendorong kepada para jurnalis, lanjut Kartiyono, para penulis budayawan dan semua pihak untuk berkreasi menulis karyanya mengenalkan Jombang lebih baik lagi.

Jombang tidak hanya dikenal karena Ponari, eyang Subur atau Ryan saja, padahal Jombang lebih keren dengan banyak potensi-potensi unggulan lainnya.

Ketua PC Fatayat NU Jombang, Lailatun Ni’mah (Ning Ely), saat sesi diskusi, juga menyambut baik hadirnya buku nJombangku. Dia berharap akan hadir buku-buku lain yang mengulas tentang potensi Jombang, baik kalangan media, akademisi, maupun profesi lainnya.

“Ini sangat penting, karena warga luar daerah yang asal Jombang maupun warga luar daerah yang pernah menimba ilmu di sekolah dan pesantren-pesantren Jombang itu ribuan banyaknya. Dan mereka merindukan, pengin tahu perkembangan Jombang,” ungkap Ning Ely.

Menurut Ning Ely, dari situ bisa juga digalang berbagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan para alumni itu. “Banyak lho alumni pesantren-pesantren kita di luar daerah yang jadi pejabat daerah, jadi bupati, bahkan ada yang jadi menteri,” cetus Ning Ely.

Meskipun demikian, Ning Ely memberi masukan sekaligus mengkritisi. Ning Ely mengakui, konten buku sudah beragam, namun perlu diperdalam.

Masukan serupa disampaikan Rudi Priyo Utomo selaku Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Jombang berharap pada cetakan atau edisi selanjutnya, dimasukkan tulisan tentang sentra pabrik tahu di Dusun Bapang Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto yang memiliki potensi luar biasa.

“Produksinya banyak di jumpai di mana-mana, sampai ke luar daerah. Tapi belum ada di buku ini. Tolong ke depan bisa dimasukkan,” tutur Yoyok sapaan akrabnya.

Menanggapi respons pengunjung, Binti menyampaikan terima kasih, dan berjanji menyempurnakan lagi buku tersebut. “Semua masukan saya terima, sebagai bahan untuk menyempurnakan buku ini pada edisi selanjutnya,” kata perempuan berjilbab ini.

Terinspirasi Rohana Kudus

Binti Rohmatin sendiri, saat mengawali paparannya mengaku terinspirasi oleh Rohana Kudus, wartawan perempuan pertama di Tanah Air, yang pada 2019 mendapat gelar pahlawan nasional.

Tokoh kelahiran Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884, dikenal berjuang dalam pemberdayaan dan potensi kaumnya. Medium perjuangannya selain melalui pendidikan adalah dengan melalui pers.

“Rohana menerbitkan surat kabar bernama Sunting Melayu pada 10 Juli 1912. Kata Sunting berarti perempuan dan Melayu berarti di Tanah Melayu. Rohana berharap melalui surat kabar itulah perempuan Melayu bisa maju,” kata Binti.

Dengan inspirasi Rohana itulah, ibu tiga anak ini mengumpulkan hasil liputannya sejak menjadi wartawan di Jombang tahun 2000-an, dan kemudian menerbitkannya menjadi buku bertajuk nJombangku.

Buku itu sendiri tersebut terdiri 288 naskah yang terbagi dalam empat tema besar. Yakni Ekonomi Kerakyatan, Human Interest, Tempat Penting, dan Seni Budaya.