PPKM Darurat, Pedagang Hewan Kurban di Jember Mengeluh Sepi Pembeli
JEMBER, FaktualNews.co-Pedagang hewan kurban mengeluh dagangannya kurang laku akibat pandemi Covid-19, lebih-lebih dibarengi penerapan PPKM Darurat. Pasalnya, sampai 5 hari jelang Iduladha 20 Juli, hewan kurban hanya laku 30 persen.
Kondisi itu mengakibatkan pedagang merasa rugi. Karena dibandingkan pada 2019 lalu, hewan kurban saat ini dinilai sepi pembeli.
“Saya punya 70 ekor kambing. Jumlah yang saya bawa dari tahun 2019 hingga tahun 2021 sekarang sama. Dulu sebelum pandemi bisa laku 95 persen, sisa 7 atau 5 ekor. Sekarang hanya laku 30 persen,” kata Dayat, pedagang hewan kurban, Kamis (15/7/2021) sore.
Pria yang membuka lapak hewan kurban di Jalan Teuku Umar, Kecamatan Kaliwates Jember, SPBU Tegal Besar itu menduga sepinya pembeli karena kondisi ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19, ditambah PPKM Darurat.
“Sekarang berjualan dibatasi waktunya, lampu jalan gelap. Ekonomi seret, ya mungkin karena itu. Akhirnya berkurban pun juga berpengaruh,” ungkapnya.
Dengan kondisi sepi pembeli itu, kata Dayat, dianggap rugi karena terbentur biaya perawatan hewan. “Ya itunganya rugi. Tapi mau bagaimana lagi. Semoga pandemi segera berakhir,” katanya.
“Untuk harga kambing saat ini, berkisar dari Rp 1,5 – Rp 2,7 juta per ekor, tergantung jenis dan bobot kambingnya,” sambungnya.
Pengecekan Kesehatan Hewan Kurban
Sementara itu, di saat yang sama, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Dinas-KPP) Kabupaten Jember melakukan cek kesehatan hewan disejumlah pedagang hewan kurban.
Kegiatan cek kesehatan hewan kurban yang dibantu Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim VII itu, sengaja dilakukan. Untuk memastikan sapi dan kambing yang akan disembelih dalam kondisi layak dan sehat.
Plt. Kepala Dinas KPP Andi Prastowo saat dikonfirmasi menerangkan, pihaknya menggandeng PDHI Jatim VII. Telah mengerahkan tim pemeriksaan kesehatan hewan ke sejumlah pedagang hewan kurban yang berada di Kabupaten Jember.
“Kita bekerjasana dengan PDHI Jatim VII melakukan pemeriksaan kesehatan hewan-hewan yang akan dijual ke masyarakat, kesemua pedagang tentunya,” kata Andi saat dikonfirmasi disela kegiatannya memantau pemeriksaan.
Pemeriksaan itu, lanjutnya, adalah pemeriksaan awal. Untuk mengetahui kondisi hewan kurban, apakah itu sapi ataupun kambing layak disembelih.
“Dilihat dari usia maupun kondisi kesehatan,” ujarnya.
Pihaknya juga mengatakan, pemeriksaan akan kembali dilakukan pada saat proses penyembelihan hewan kurban.
“Yakni dalam pemeriksaan kedua itu, dilakukan untuk mengetahui daging hewan kurban layak konsumsi atau tidak,” ucapnya.
Senada dengan Andi, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Jatim 7 dokter Puput Rijalu juga mengatakan, penting untuk mengecek kondisi hewan kurban itu.
“Karena nanti dari pemeriksaan awal itu, akan menentukan, apakah semua hewan dinyatakan layak dijual dan siap disembelih,” kata Puput.
Dokter hewan yang karib disapa Puput itu juga mengimbau, agar masyarakat pandai dalam memilih hewan kurban.
Adapun hewan terbaik untuk kurban memiliki ciri-ciri, bulu mengikat, mata jernih, hewan nampak aktif, tidak diare, nafsu makan bagus, dan tidak cacat.
“Penting, untuk kurban masyarakat pilih hewan yang bagus,” tandasnya.