FaktualNews.co

Keluh Kesah Seorang Pedagang Tanaman Hias di Nganjuk Menghadapi Pandemi

Gaya Hidup     Dibaca : 770 kali Penulis:
Keluh Kesah Seorang Pedagang Tanaman Hias di Nganjuk Menghadapi Pandemi
FaktualNews.co/Istimewa
Roni saat menyirami bonsai di kios tanaman hias milinya, Sabtu (17/7/2021).

NGANJUK, FaktualNews.co – Pada masa awal pandemi viru Corona tahun lalu, tanaman hias dan bunga banyak diminati orang.

Penjualan bunga melonjak drastis seiring dengan keengganan masyarakat keluar rumah dan kewajiban menjalani phisycal distancing.

Tahun kedua ini, penjualan tanaman bunga mulai lesu dan permintaan terus menurun.

Lalu bagaimana pedagang tanaman hias dan bunga bisa bertahan di masa sulit seperti sekarang. Berikut ini curhatan Roni (42), seorang penjual bunga di Kabupaten Nganjuk yang masih tetap bertahan hingga sekarang.

Sehari-hari Roni menunggu Kios Bunga Raja Pot di area lapangan Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk.

Sebelum pandemi, kata Roni, harganya masih standar. Saat datang masa pandemi, harga menjadi melonjak.

Bunga semakin diminati saat itu. Bahkan, pembeli tidak menawar meski harga mahal. Bahkan ternyata, harga jual di lapak online bisa lebih mahal. Kenaikan ini diketahui, setelah ia mendapat informasi dari pelanggan di kios untuk membuka group facebook.

“Harganya menjadi tidak karuan, meningkat berkali-kali lipat,” kata Roni kepada FaktualNews.co, Sabtu (17/07/2021).

Sebelum pandemi tahun 2019 lalu, menurut Roni, harga bunga Janda Bolong, Algonema dan semacamnya dijual Rp 35-50 ribu, serta paling mahal di antara Rp 150-200 ribu. Namun saat awal masa pandemi, harganya mencapai Rp 400-500 ribu.

Saat ramai-ramai peminat bunga, ia berani menjual dengan harga mahal dan laku. Bahkan, mulai dari membuka kios pada pukul 07.00 WIB hingga 18.00 WIB masih ada pembeli yang datang.

Bunga yang paling diminati saat itu, Roni menyebut, bunga Algonema, Kladi, Janda Bolong, Sensipera dan Kaktus.

Namun setelah bulan Mei 2021, penjualan menurun drastis. Orang yang datang ke kios menjadi sedikit. Harganya kini kembali semula, seperti sebelum pandemi. Bahkan, penjualanya lebih sulit.

Bunga yang dihargai Rp 100 ribu itu mudah sekali terjual. Sekarang, kata Roni, dijual Rp 10 ribu ini sudah tidak ada yang minat. “Penting laku saja itu boleh,” ungkapnya.

Meskipun ia mengakui pernah mencoba berjualan secara online. Namun belum pernah ada yang sampai terjual. Kebanyakan, orang hanya bertanya dan tidak membeli.

Sehingga, rata-rata pembelinya banyak yang datang ke kios. “Orang terkadang tidak hanya beli bunganya saja, ada yang pasang bunga sekalian di pot, rata-rata begitu,”pungkasnya

Kini ditambah dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, meskipun tidak ada dampak secara langsung. Hanya saja pembeli dari jauh tidak bisa lewat ke jalan depan kiosnya.

Padahal pelanggannya, kata dia, bisa dari luar kabupaten Nganjuk, misalnya, dari Bojonegoro, Lamongan, Madiun, Mojokerto dan masih banyak lagi.

Sementara pelanggan dalam Kabupaten Nganjuk ini, mulai dari wilayah Kecamatan Nganjuk Kota, Pace, Warujayeng dan sekitarnya.

Ia juga berharap, PPKM Darurat ini bisa segera selesai. Kemudian bunga-bunganya segera terjual. Orang yang sakit, bisa segera disembuhkan. Penyebaran virus Covid-19 ini bisa mereda dan hilang.

Ia berjualan mulai pada tahun 1993, dan membuka kios di sekitar taman Anjuk Ladang tahun 1999. Lokasinya berjarak 50 meter, sebelah utara pintu masuk lapangan. Kiosnya berukuran 40 meter dan mempunyai 100 lebih jenis tanaman bunga.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh