Internasional

Ribuan Dokter di Rumah Sakit Covid-19 Malaysia Berencana Mogok

KUALA LUMPUR, FaktualNews.co – Pusat perawatan pasien dan rumah sakit Covid-19 Malaysia terancam terganggu setelah dokter junior dikabarkan berencana mogok kerja mulai Senin (23/7/2021) depan.

Dilansir World Today News, dokter muda yang hampir seluruhnya terikat kontrak itu mogok kerja karena tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi di tengah gelombang baru penyebaran virus corona, namun pemerintah belum memenuhi tunjangan dan insentif mereka.

Kelompok aktivis doktor Hartal Doctor Contract (HDK) memperingatkan rumah sakit dan Kementerian Kesehatan Malaysia bahwa protes pemogokan minggu depan dapat melibatkan hingga 20.000 dokter.

Sebagian besar dari mereka menjadi garda terdepan dalam menangani pasien Covid-19.

“Dokter kontrak di Malaysia telah setuju untuk berpartisipasi dalam aksi mogok untuk menyatakan ketidakpuasan mereka dengan bagaimana masalah ini ditangani oleh pemerintah hari ini,” kata HDK dalam sebuah pernyataan kepada The Straits Times, Jumat (23/7/2021).

Surat HDK itu diyakini telah dikirim ke seluruh rumah sakit dan departemen kesehatan negara Malaysia pada Kamis (22/7/2021).

Mayoritas dokter junior kontrak di Malaysia diterjunkan ke berbagai pusat pengobatan dan rumah sakit Covid-19. HDK meminta para dokter itu mengatur penggantian agar bisa mogok kerja Senin depan.

Pada pertengahan Juli, dokter junior di Malaysia juga mengadakan kampanye “Senin Hitam” di mana mereka datang bekerja dengan mengenakan pakaian hitam, yang dibuat untuk mengekspresikan ketidakbahagiaan dengan buruknya ketentuan kontrak kerja mereka.

Puluhan dokter junior mengundurkan diri dengan alasan kelelahan karena tingkat penerimaan pasien Covid-19 di rumah sakit di seluruh negeri jiran itu mencapai rekor tertinggi.

HDK mengatakan dokter diharuskan bekerja dengan jam kerja yang diperpanjang tanpa bayaran tambahan dan dilarang melakukan pekerjaan tambahan di pusat vaksinasi yang dikelola sektor swasta.

HDK memperingatkan bahwa sistem kesehatan Malaysia menunjukkan tanda-tanda kegagalan dengan kekurangan tempat tidur rumah sakit untuk pasien yang diperburuk oleh kekurangan tenaga kesehatan karena pemogokan dan pemutusan hubungan kerja.

Pemogokan ini dilakukan karena Malaysia masih menghadapi gelombang baru infeksi Covid-19 yang diperparah dengan penyebaran virus corona Delta.

Bed occupancy rate (BOR) rumah sakit khususnya ICU masih di atas 100 persen.

Beberapa rumah sakit di Kuala Lumpur, Selangor, Negeri Sembilan, dan Labuan saat ini juga dilaporkan telah melampaui batas maksimal dalam merawat pasien Covid-19.

Kasus infeksi Covid-19 harian Malaysia bahkan menjadi yang tertinggi di ASEAN, menyalip Indonesia dan Filipina.

Padahal, Malaysia dalam status darurat Covid-19 yang dideklarasikan Muhyiddin sejak Januari lalu.

Isu kontrak dokter junior di Malaysia memang sudah ada sejak tahun 2016 dan semakin parah sejak itu, dokter junior yang bergabung dengan institusi kesehatan masyarakat setelah tahun 2016 hanya ditawarkan posisi kontrak dan diperbaharui secara berkala.

Lulusan kedokteran di Malaysia setidaknya harus mengabdi di sistem kesehatan masyarakat selama 4,5 tahun sebelum dapat berpraktik secara mandiri atau bergabung dengan institusi swasta.

Jabatan kontrak berarti gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan dokter tetap, mereka juga tidak menerima tunjangan yang diterima dokter dengan status tetap di lembaga kesehatan masyarakat.

Selain jaminan pekerjaan, dokter junior kontrak juga tidak diberikan jalur yang layak untuk menjadi spesialis di bidang yang dipilihnya, karena pemerintah hanya memberikan cuti studi berbayar hanya kepada dokter yang berstatus tetap.

Mereka yang meninggalkan pekerjaan mereka di sistem kesehatan masyarakat untuk studi lebih lanjut dengan biaya sendiri juga menghadapi ancaman kesulitan mendapatkan penempatan di departemen rumah sakit umum spesialis.