FaktualNews.co

Sempat Ditolak 5 RS, Ibu Muda Positif Covid-19 di Mojokerto Ini Akhirnya Meninggal

Peristiwa     Dibaca : 890 kali Penulis:
Sempat Ditolak 5 RS, Ibu Muda Positif Covid-19 di Mojokerto Ini Akhirnya Meninggal
FaktualNews.co/lutfi hermansyah
Tangkap layar video saat Ibu Muda yang terkonfirmasi positif Covid-19 terlantar didepan RSUD Prof dr Soekandar Kabuaten Mojokerto.

MOJOKERTO, FaktualNews.co-Seorang ibu muda teridentifikasi positif Covid-19 di Mojokerto akhirnya meninggal dunia setelah sempat ditolak 5 rumah sakit (RS).

Ibu muda itu meninggal di dalam ruangan isolasi salah satu rumah sakit swasta Kabupaten Mojokerto.

Belakangan diketahui, ibu muda yang meninggal tersebut berinisial WS (32) warga Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Kakak keponakan WS, Edwin Riki, menuturkan, adiknya itu mengeluh sakit demam dan sesak napas pukul 01.00 WIB pada Kamis 22 Juli 2021.

“Sang suami dari adik membawa istrinya untuk cari pengobatan di rumah sakit, menggunakan mobil pribadi. Namun rumah sakit menolak. Lalu terpaksa dibawa pulang lagi,” kata Riki, Minggu (25/7/2021).

Riki menambahkan, pagi pukul 05.00 WIB dirinya ditelepon untuk diminta tolong karena adiknya itu tidak sadarkan diri.

“Dicek saturasi oksigen dengan oximeter, hasilnya saturasi oksigen di angka 40 persen, lalu saya langsung menghubungi mobil ambulans milik relawan. Kemudian diberi bantuan pakai oksigen kecil, akhirnya sadar tapi untuk bernapas masih susah,” ungkapnya.

Menurut Riki, adiknya itu mencari rumah sakit di wilayah Kecamatan Mojosari untuk mendapat perawatan dengan ambulans relawan.

“Di Rumah Sakit Kartini ditolak karena karena penuh. Kemudian kami bawa ke RSUD Prof dr Soekandar Mojosari lewat pintu belakang, kami diminta kembali katanya yang dibelakang untuk non-Covid-19, khusus Covid-19 lewat pintu depan,” tukasnya.

Masih kata Riki, adiknya itu lalu dibawa ke RS Mawadah Medika di Kecamatan Ngoro. Namun, pihak rumah sakit juga menolak dengan alasan oksigen kosong.

“Lalu kami kembali membawa adik ke RSUD Prof dr Soekandar lewat pintu masuk depan. Sampai di situ pintu gerbang digembok, saya klakson-klakson cuek tidak ada yang mendatangi kami. Akhirnya saya turun masuk ke IGD laporan kalau adik saya saturasinya tinggal 25 sampai 30 persen butuh oksigen tekanan tinggi secepatnya” jelasnya.

“Kata perawatnya tidak bisa karena masih observasi pasien lain padahal di situ saya lihat cuma ada 3 sampai 4 pasien dan bed masih ada yang kosong, bahkan tenda BNPB itu juga kosong tidak ada pasien. Katanya nakesnya kurang, banyak yang terpapar Covid-19. Sedangkan nakes yang lain masih observasi pasien lain,” lanjut Riki.

Melihat kondisi adiknya semakin kritis, Riki meminta kepada tenaga kesehatan IGD RSUD Prof dr Soekandar agar memberikan pertolongan pertama dengan oksigen.

“Adik sudah tidak sadar di dalam ambulans saat di depan pintu gerbang yang digembok itu. Kami tunggu 10 menit untuk negosiasi, supaya mendapat pertolongan oksigen karena kita pakai oksigen kecil di dalam ambulans itu. Tetap tidak bisa, meski hanya minta bantuan oksigen dibawa ke mobil,” tuturnya.

Kemudian Riki mengaku menghubungi salah satu dokter di RS Sakinah Kecamatan Sooko. Walaupun situasi rumah sakit penuh, adiknya itu diminta segera membawanya karena mendengar kondisi adiknya kritis.

“Katanya juga penuh. Akhirnya kita bilang saturasinya 25-30, kemudian dokternya mengizinkan dibawa ke RS Sakinah. Sampai di sana hanya ditangani di depan pintu masuk IGD karena bed RS penuh,” ungkapnya.

Setelah mendapat penanganan, saturasinya bisa naik cepat sampai 70 dan sadar. Akan tetapi tapi satu jam kemudian kembali drop. “Lalu saturasi naik-turun seterusnya seperti itu,” ujarnya.

Pada Jumat (23/7/2021) siang, sambung Riki, akhirnya pasien dipindah ke ruang isolasi RS Sakinah, karena dari hasil swab PCR dinyatakan positif Covid-19.

Namun tetap saja kondisi saturasi oksigennya belum bisa stabil. Selain terpapar Covid-19 ibu muda itu juga mempunyai riwayat sakit asma.

“Akhirnya adik saya (WS) pukul 21.00 WIB, mengembuskan napas terahir dan dimakamkan dengan protokol kesehatan Covid-19,” bebernya.

Sementara itu, suami pasien, Suyanto, sedang menjalani isolasi di Posdes Desa Warugunung Kecamatan Pacet, karena hasil swab antigen dinyatakan positif Covid-19.

“Tadi saya dan suami adik keponakan saya swab antigen, hasilnya saya negatif dan suaminya positif. Kedua anaknya, alhamdulillah sehat semua,” jelasnya.

Riki berharap kesulitan mendapatkan layanan di rumah sakit tidak dialami pasien lainnya di Kabupaten Mojokerto. Terlebih lagi pasien yang kondisinya sudah kritis seperti almarhumah Titin.

“Masyarakat juga sangat butuh ambulans dan oksigen. Namun, pinjam ambulans puskesmas sulit. Pemerintah Kabupaten Mojokerto ngeshare oksigen gratis, tapi saat didatangi habis. Yang digratiskan berapa kuota?,” kata nya setengah bertanya.

Sementara, Direktur RSUD Prof dr Soekandar, dr Djalu Naskutub belum berhasdil diminta konfirmasinya, karena pesan WhatsApp yang dikirim ke yang bersangkutan belum direspons. Dicoba dihubungi melalui sambungan telepon pun tidak diangkat.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah