JEMBER, FaktualNews.co-Ratusan sopir dan kru bus antarkota di Jember mengaku menganggur dan beralih profesi kerja serabutan, akibat dampak pandemi Covid-19 yang terjadi selama setahun lebih.
Penghasilan dari transportasi bus antar kota yang biasanya per hari mencapai jutaan rupiah, kini hanya cukup untuk membeli BBM solar, sehingga kesulitan untuk tetap pada pekerjaan sebagai awak bus.
Ratusan bus pun hanya terparkir di garasi dan jarang beroperasi, Lebih-lebih saat ini dengan masih diterapkannya PPKM Darurat dan perpanjangannya.
Hendro Mulyono, salah satu sopir bus, mengatakan, pandemi Covid-19 ini sangat memberikan dampak ekonomi bagi sopir maupun kru bus.
“Penghasilan per hari yang biasanya Rp 2,5 – 3,5 juta, sekarang untuk beli (BBM) solar PP (Jember – Surabaya) susah, bahkan tidak bisa. Untuk BBM solar itu satu kali keberangkatan pulang pergi menghabiskan solar Rp 700 ribu,” kata Hendro di garasi bus perusahaannya, Kamis (29/7/2021).
Selain sopir, kru bus lain yang membantu perawatan kendaraan ataupun kernet yang mendampingi selama perjalanan, juga ikut terdampak.
“Sehingga banyak dari teman-teman saya sesama sopir bus ataupun kru bus tidak bisa bekerja. Apalagi bus pariwisata. Sangat terdampak. Teman-teman saya banyak yang menganggur, ada yang alih profesi kerja serabutan untuk menyambung hidup,” imbuhnya.
Menurunnya jumlah penumpang itu, karena penyebaran Covid-19 semakin menjadi-jadi. “Bahkan saat melintas antarkabupaten saja, juga menjadi was-was. Karena harus melampirkan surat hasil Swab test negatif, ataupun juga surat sudah vaksin minimal satu kali. Ini semakin membuat sulit untuk mencari penumpang,” katanya
“Kalau penumpang bus tidak punya persyaratan itu, gagal berangkat ke luar kota,” imbuhnya.
Dengan kondisi ini, Hendro berharap adanya kepedulian pemerintah terkait bantuan selama masa pandemi. Karena menurutnya, dalam kondisi sulit ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan.
“Seperti halnya saya bekerja serabutan, jadi sopir dadakan atau apalah. Yang penting dapat hasil. Tapi ada juga yang menganggur. Kru bus melakukan perawatan, memperbaiki bus agar tetap optimal. Lah busnya gak jalan. Bagaimana mau bekerja,” ungkapnya.
Senada dengan Hendro, kru bus dan montir di garasi bus antar kota, Arifin, mengaku dampak pandemi membuat penghasilannya tidak tetap bahkan kerap tidak mendapat penghasilan sepeserpun.
“Kondisi saat ini sepi penumpang. Sulit cari penghasilan. Saya masih dipekerjakan ya hanya merawat bus ini agar optimal saat nanti bisa kerja lagi. Untung bos saya masih mempekerjakan saya,” kata Arifin.
Pria lulusan SMA yang sehari-hari melakukan perawatan bus ataupun pergantian sparepart bus itu berharap, ada perhatian dari pemerintah.
“Alhamdulillah ini dapat bantuan beras dari Kapolres Jember. Beras 5 Kg, lumayan bisa sambung hidup untuk beberapa hari ke depan. Tapi mungkin bisa ada solusi agar pandemi berakhir,” katanya.
Terpisah, Kanit Dikyasa Satlantas Polres Jember Ipda Heru Siswanto mengatakan, Polres Jember berupaya meringankan kendala hidup para sopir dan kru bus. Pihaknya menyalurkan 50 sak beras ukuran masing-masing 5 kg secara bertahap.
“Karena wilayah kami Satlantas berkaitan dengan transportasi, sesuai perintah pimpinan kita salurkan bantuan sembako berupa beras itu. Ini bertahap dan berkelanjutan,” kata Ipda Heru.
Selain menyalurkan sembako kepada Sopir dan kru bus, pihaknya juga menyalurkan kepada porter di Stasiun Jember.
“Kita juga memberikan bantuan kepada porter di stasiun kereta. Karena juga ikut terdampak dengan berkurangnya jumlah penumpang kereta api,” ujarnya.