Masjid Larabanga di Ghana, Berbahan Tanah Berarsitektur Nyeleneh
SURABAYA, FaktualNews.co – Masjid Larabanga adalah masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur Sudan di desa Larabanga, Ghana.
Masjid dengan bentuk bangunan yang tak lazim ini terletak di kota Islam Larabanga, dekat dengan Damongo di Distrik Gonja Barat di Wilayah Savannah Ghana.
Masjid Larabanga adalah salah satu dari delapan masjid kuno dan sangat dihormati di Ghana, dan juga tertua. Ini adalah tempat ziarah dan ‘dianggap’ sebagai Mekah Afrika Barat.
Artikel menarik lainnya:
• Mengenal Masjid Agung Paris, Pelindung Warga Yahudi dari Kekejaman Nazi
• Islam dan Masjid Pertama di Negara Fidel Castro
Awal pembangunan
Menurut legenda masyarakat setempat, pada tahun 1421, seorang pedagang muslim bernama Ayuba ketika tinggal di dekat “Batu Mistis” dalam salah satu tidurnya bermimpi diperintah untuk membangun sebuah masjid.
Anehnya, ketika dia bangun, dia menemukan bahwa fondasinya bangunan sudah ada. Dia kemudian melanjutkannya untuk membangun masjid sampai selesai.
Legenda lain yang beredar di masyarakat setempat, sebelum meninggal Ayuba berwasiat meminta kelak jenazahnya dimakamkan di dekat masjid. Setelah tiga hari pemakamannya, tumbuh pohon baobab di kuburannya. Dan itu harus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Pohon baobab di sebelah masjid itu salanjutnya menjadi populer dan jadi ‘brand’ situs makam Ayuba. Tak hanya populer sebagai ‘brand’, penduduk kota Larabanga konon meyakini daun dan batang pohon baobab ini untuk penyembuhan pelbagai penyakit.
Artikel menarik lainnya:
• Mengenal Masjid ‘Pertama’ di Papua, Masjid Tua Patimburak
• Keindahan Masjid Pink di Iran, Pantulkan Efek Pelangi Saat Pagi Hari
Konservasi dan restorasi
Pada 1970-an, campuran pasir dan semen diaplikasikan pada permukaan luar masjid dengan tujuan melindungi masjid dari kerusakan akibat angin dan hujan.
Namun, perawatan ini mengakibatkan kerusakan substansial pada bangunan. Hal itu lantaran uap air terperangkap di dinding yang terbuat dari batako dan memulai proses kerusakan struktur, dengan rayap menyerang penyangga kayu dalam kondisi lembab.
Kondisi itu mengakibatkan sebagian masjid ambruk dan selama pekerjaan perbaikan menyebabkan beberapa distorsi pada elemen struktur dan eksterior masjid.
Karena pengaruh angin dan hujan pada dinding selama bertahun-tahun, masjid ini membutuhkan beberapa renovasi dan pekerjaan restorasi beberapa desain eksteriornya.
Pada bulan September 2002, badai dahsyat menghancurkan mihrab dan menara. Akibatnya, World Monuments Fund (WMF) yang menempatkan masjid tersebut termasuk monumen mengagumkan di World Monuments Watch 2002, juga mempertimbangkan kerusakan yang diderita setelah restorasi yang tidak tepat pada 1970-an.
Dewan Museum dan Monumen Ghana memutuskan untuk merestorasi masjid dan meminta saran dari CRAterre, sebuah firma arsitektur yang berbasis di Grenoble, Prancis yang memiliki keahlian dalam membangun struktur tanah.
Artikel menarik lainnya:
• Mengenal Gen Miskit, Masjid Karang Pertama di Maldives
• Masjid Raya Xi’an, Tempat Sembahyang Umat Islam Pertama di Cina
Pekerjaan renovasi ini didukung oleh WMF, dengan dana hibah sebesar US$50.000 dari American Express dan masyarakat setempat juga memberikan dukungan.
Proses konservasi meliputi pemindahan plester semen sebelumnya dari permukaan masjid, komponen struktural kayu diganti, menara dan mihrab dibangun kembali, portal diperbaiki, dan permukaan interior dan eksterior diplester dengan cara tradisional.