Internasional

Diana Trujillo, Pemimpin Misi NASA di Mars yang Dulunya ART

FaktualNews.co – Diana  Trujillo, direktur penerbangan misi NASA di Mars, dulu bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).

Dilansir dari kompas.com, ia bahkan tiba di Amerika Serikat (AS) dengan hanya berbekal uang 300 dollar (kini Rp 4,3 juta) saat merantau ke sana.

Namun, sekarang hidup Trujillo berubah drastis. Ia memimpin misi NASA yang menjelajahi Mars dengan robot nirawak Perseverance.

Dalam wawancara dengan CBS News yang diterbitkan 1 Maret 2021, Diana Trujillo sempat tak percaya dengan apa yang telah diraihnya setelah Perseverance mendarat di Planet merah.

“Aku berpikir keras, ‘Apa yang terjadi?” ujarnya.

Gambar dan video dari Perseverance kemudian disiarkan, dan impiannya menjadi nyata.

“Apakah kita aman? Aku berpikir melihat gambar itu sambil mencerna bahwa kami benar-benar mendarat.”

Pendaratan itu adalah awal misi Perseverance di Mars untuk meneliti kehidupan di sana.

Masa kecil yang terpuruk

Diana Trujillo dulu bukan siapa-siapa. Waktu kecil dia hanya seorang bocah di Cali, Kolombia, yang bermimpi terbang ke luar angkasa dan mempelajari alam semesta.

Kedua orangtuanya bercerai dan saat ia berusia 17 tahun Trujillo merantau ke “Negeri Paman Sam”.

Dia nekat merantau meski hanya bermodal uang 300 dollar AS (kini Rp 4,3 juta) dan tidak bisa berbahasa Inggris.

Trujillo lalu bekerja sebagai ART untuk membiayai studinya, dan singkat cerita bergabung dengan NASA pada 2007.

Trujillo sekarang tergabung di Jet Propulsion Lab NASA. Ia bekerja di tim yang menciptakan lengan robot untuk mengumpulkan sampel batuan di Mars.

“Memahami, jika kita sendirian di alam semesta, adalah pertanyaan pamungkas,” katanya.

“Saya harap dalam satu tahun operasi permukaan di Mars, kami dapat segera menjawab pertanyaan itu.”

Diana Trujillo bercerita, masa lalunya sebagai imigran memotivasinya untuk selalu memberikan yang terbaik, apalagi dia berasal dari negara dengan peluang karier yang terbatas.

“Aku memandang segala sesuatu yang datang kepadaku sebagai peluang.”

Alih-alih mengeluh pada keadaan, Diana Trujillo memilih untuk mensyukurinya.

“Aku senang memiliki pekerjaan dan dapat membeli makanan serta punya rumah untuk tidur.”

“Dengan begitu, semua yang terjadi kepadaku, termasuk hari ini, membantuku melihat hidup dengan berbeda,” ungkapnya dalam wawancara dengan CBS News.

Upaya menggapai mimpi

Salah satu alasan Trujillo ingin masuk bidang luar angkasa adalah untuk membuktikan bahwa beberapa anggota keluarganya salah.

“Aku ingin terutama saudara laki-laki dan keluargaku sendiri mengakui bahwa perempuan memiliki nilai,” ceritanya.

Akan tetapi, upaya itu tidak dilaluinya dengan mudah.

Trujillo ingat saat memilih jurusan di Universitas Florida, dia tidak tahu apa yang diinginkan.

Lalu saat menghadap dekan, dia melihat sebuah majalah dengan foto astronot wanita, pesawat ulang-alik, dan planet Bumi. Saat itulah dia memilih teknik kedirgantaraan sebagai jurusannya.

Dia juga melihat antrean dipenuhi orang-orang yang tidak berbahasa Spanyol atau terlihat seperti Hispanik. Trujillo sendiri adalah salah satu dari segelintir wanita yang mengantre masuk jurusan tersebut.

“Itu sangat menakutkan karena kamu di antrean yang panjang dan di setiap langkah berpikir seperti ‘Kamu seharusnya tidak di sini… kenapa di sini’.”

Sepanjang kariernya, ketakutan serupa menghantui Diana Trujillo, karena hanya sedikit orang Latin yang bekerja di bidang sains.

Namun, keterbatasan itu justru menjadi pelecut semangatnya.

“Aku tahu aku tidak sendiri. Aku masuk ke sana dan setiap hal yang kulakukan, aku mewakili negaraku, budayaku, leluhurku, orang-orangku, dan aku harus memberikan yang terbaik setiap saat.”

Trujillo percaya untuk melaju lebih jauh dia harus belajar lebih banyak.

Keyakinan itu melandasi keputusannya untuk menjadi pembawa acara siaran bahasa Spanyol pertama NASA dalam pendaratan Perseverance.

Acara tersebut berjudul Juntos Perseveramos yang artinya Berusaha Bersama, dan telah mendapat lebih dari 2,6 juta views di YouTube.

Diana Trujillo masih bermimpi terbang ke luar angkasa, tetapi dia merasa terpanggil untuk mengajak lebih banyak wanita masuk bidang sains dan teknik lebih dulu.

“Hidup selalu memberi kesempatan yang tepat untukku, jadi kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya,” pungkasnya.