FaktualNews.co

Mengenang Pahlawan Asal Mojokerto, KH Munasir Ali Sang Komandan Batalyon 39 Condromowo 

Nasional     Dibaca : 1427 kali Penulis:
Mengenang Pahlawan Asal Mojokerto, KH Munasir Ali Sang Komandan Batalyon 39 Condromowo 
FaktualNews.co/Istimewa//
KH Munasir Ali (berpeci hitam), Komandan Batalyon 39 Condromowo.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Peran santri, ulama dan tokoh-tokoh agama dalam memperjuangkan kemerdekaan di masa lampau sangat besar.

Begitu pula di masa pasca kemerdekaan. Banyak catatan sejarah peran kaum santri mempertahankan kedaulatan bangsa. Keikut sertaan mereka menumpas para penjajahan masih menyisakan beragam cerita.

Namun juga tak terhitung banyaknya pejuang dari kalangan santri dan para kiai yang gugur dalam membela tanah air.

Salah satu pejuang kemerdekaan dari kalangan santri adalah KH Munasir Ali, sang kiai kelahiran Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, pada 2 Maret 1919 yang pernah menjadi Komandan Batalyon 39 Condromowo dengan pangkat terakhir Mayor.

KH Munasir lahir dari keluarga cukup terpandang. Ayahandanya, Ali pernah menjadi Lurah atau kepala Desa Modopuro.

Dia salah satu kiai yang yang menjadi komandan di era kemerdekaan. KH Munasir Ali selama perang kemerdekaan, aktif berjuang dan berkarir di dunia kemiliteran. Kariernya dimulai dengan mengikuti latihan kemiliteran prajurit Jepang dengan masuk sebagai anggota penerangan Heiho.

Kiai  Haji Munasir Ali aktif sebagai pasukan Hizbullah dengan menjadi Komandan Batalyon Condromowo dan ikut berperan dalam mendirikan Hizbullah Cabang Mojokerto.

Ketika Hizbullah melebur ke dalam barisan TNI, ia pun terdaftar sebagai anggota aktif, hingga akhirnya diangkat menjadi Komandan Batalyon 39 TNI AD.

Koponakan KH Munasir, Habibullah menceritakan, bahwa KH Munasir Ali adalah pahlawan dari kalangan santri sekaligus Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Menurutnya, dulu KH Munasir Ali pernah bergabung di Laskar Hizbulloh. Berkat keberaniannya dan keahliannya dalam perang gerilya. Sehingga tak heran jika dia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Laskar Hisbulloh Cabang Mojokerto.

Kiprah KH Munasir Ali semakin menonjol ketika dia dipercaya sebagai sebagai Komandan Batalyon Teritorial dengan kode Batalyon 39 Yon Munasir yang kemudian menjadi Yon 39 Condromowo setelah adanya kebijkanam Rekonstruksi dan Rasionalisasi atau lebih dikenal dengan RERA.

Prorgram RERA ini adalah bergabungnya semua kelaskaran pejuang Indonesia. Sebelum kemerdekaan tumbuh banyak organisasi kelaskaran pejuang merebut kemerdekaan Indonesia. Di antaranya PETA, BKR, TRI, Tentara Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat dan Hizbullah.

“Atas kebijakan atau intruksi itu (RERA), dari Hizbulloan diminta dua Batalyon. Satu Batalyon dipimpin Mayor Mansur Sholikin dengan nama Yon Mansur Sholikhi yang kemudian menjadi Batalyon 42 Diponegoro. Satunya lagi Batalyon dipimpin Mayor Munsair Ali dengan nama Yon Munasir yang kemudian menjadi Batalyon 39 Condromowo,” beber Habibullah.

Batalyon dibawah komanda KH Munsir Ali seringkali melakukan perang-perang gerilya secara dengan strategi jitu. Sehingga tak heran pasukan ini dinamakan Condromowo yang terinspirasi dari kucing kembang telon.

Lebih lanjut Habib menceritakan, sebelum kemerdekaan RI, KH Munasir Ali selain melakukan perangan dia juga berperan melakulan konsolidasi untuk menyiapkan kemerdekaan. Pasca kemerdekaan mempertahankan kemerdekaan.

Namun yang dia ingat, KH Munasir Ali pernah bercerita kepadanya aksi perjuang yang paling spektakuler ketika KH Hasyim Asy’ari mengintruksikan santri-santri Tebuireng untuk berjihad melawan sekutu di Surabaya yang lebih dikenal dengan resolusi jihad.

Salah satu yang dikirim adalah Batalyonnya KH Munasir. Menurut Habib, KH Munasir mempunyai kemampuan dalam strategi perang gerilya.

“Kala itu sekutu hendak menyerang di Surabaya. KH Munsair Ali turut melakukan mobilisasi massa para pemuda untuk berjuang jihad ke Surabaya. Batalyon beliaulah yang termasuk ditugaskan di Surabaya,” jelasnya.

Ditambahkan, KH Munasir Ali di kalangan para tokoh dan Kiai NU yang seringkali diajak musyawarah jika ada persoalan yang dihadapi masyarakat.

“Kiai Munasir itu jarang ngomong, kalau sekali ngomong biasanya banyak yang nurutlah. Sehingga jadi panutan untuk menyelesaikan masalah. Sampai di usia tua beliau kelihatan berwibawa  dan kharismatik,” imbuh Habib.

 

 

 

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin