BANYUWANGI FaktualNews.co – Kakak beradik berdomisili Dusun Sempu, Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, harus bersusah payah untuk menuju ke sekolah.
Untuk menimba ilmu di sekolah, mereka harus menyeberang sungai, melewati perbukitan serta jalanan yang terjal.
Kakak beradik ini Sugihartono (13) kelas 6 MI dan Nurhalimah (8) yang masih kelas 3 MI. Keduanya anak dari Baijuri (54), yang kesehariannya hanya sebagai buruh serabutan.
Tak ada alternatif lain, siswa siswi yang sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dusun Sumberan, Desa Macan Putih, kecamatan setempat, harus merasakan sulitnya perjalanan ke sekolah.
Mereka berangkat ke dengan melewati terjalnya jalan, tingginya bukit dan rimbunya semak-semak dan menyeberangi sungai. Saat menyeberangi sungai, mereka harus melepaskan sepatu dan menggulung celananya agar tidak basah akibat air sungai.
Dengan penuh hati-hati, kakak-beradik itu bergandengan tangan sembari mengangkat seragam bawahannya agar tidak basah dan bisa dipakai esok hari.
Keduanya harus menempuh perjalanan sulit itu, karena tak ada fasilitas jembatan yang menghubungkan dusun mereka dengan lokasi sekolah MI.
Jarak yang harus ditempuh sekitar 1 kilometer. Perjuangan itu sudah mereka lakoni selama beberapa tahun.
Bahkan bukan tak mungkin akan dijalaninya sampai mereka lulus, jika jembatan belum dibangun.
Sugihartono sendiri mengaku bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI. Sedangkan adiknya, Nurhalimah, bercita-cita jadi dokter.
“Kalau dibilang capek (lelah) pasti capek. Selama bertahun-tahun setiap hari melewati jalur itu. Tapi mau tidak mau harus tetap sekolah untuk mengejar cita-cita saya menjadi tentara, hehehehe” ucap Tono panggilan akrabnya sambil tertawa, Selasa (24/8/2021).
“Kalau saya ingin menjadi dokter, biar bisa menolong orang yang sakit,” sahut adiknya dengan yakin.
Ada suka dan duka ketika mereka berjalan kaki menuju sekolah. Antara lain, mereka mengaku pernah terpeleset dan seragam yang ia gunakan basah kuyup.
Namun beruntung buku yang mereka bawa selalu dilapisi kantong kresek, sehingga terbebas dari basahnya air dan lumpur.
“Kami juga pernah terpeleset dan basah semua kak, untungnya buku di dalam tas waktu itu dilapisi kantong kresek. Pada waktu itu dalam perjalanan sudah pulang sekolah,” sambungnya.