Sungai Dor di Megaluh Jombang ‘Sumbang’ 2,5 Kuintal Sampah Plastik dalam Dua Pekan
JOMBANG, FaktualNews.co – Sungai Dor di Kecamatan Mageluh Kabupaten Jombang ‘menyumbang’ 250 kilogram atau 2,5 kuintal sampah plastik selama dua pekan terakhir.
Hal ini disampaikan Direktur Ecoton, Prigi Arisandi, usai melalukan pembersihan sampah plastik di Sungai Dor, anak Sungai Brantas di Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, Kamis (26/8/2021).
Menurut Prigi Arisandi, Ecoton mencatat ada sebanyak 2,6 juta ton sampah plastik masuk ke lautan. Prigi mengaku miris dengan kondisi tersebut.
Dia mengatakan, pulau Jawa menjadi wilayah yang tercatat paling banyak menghasilkan sampah yang tidak terolah itu.
Di Sungai Dor Jombang, Prigi bersama timnya berhasil mengangkat 250 kilogram sampah plastik yang menumpuk di aliran sungai itu dalam kurun waktu 2 pekan terakhir. Selain popok bayi, sampah yang paling banyak ditemukan adalah botol air mineral.
“Ini di Jawa terutama. Catatan kami setiap tahun ada 8 juta ton sampah plastik, 3 juta ton bisa diolah, yang lima juta ton ini yang tidak terkelola. Ada yang dibuang, ditimbun, dibakar dan 2,6 juta ton ini yang dibuang ke sungai,” ungkap Prigi.
Kata dia, banyaknya sampah plastik ini disebabkan oleh minimnya pelayanan terkait pengelolaan sampah yang diberikan oleh pemerintah daerah.
Sejauh ini, Prigi memaparkan, hanya sekitar 15 persen saja layanan ini bisa dinikmati masyarakat. Sisanya, hampir sebagian besar masyarakat masih memiliki kesadaran yang minim dengan membuangnya ke sungai.
Dia berharap, pemerintah daerah bisa lebih optimal melayani masyarakatnya dalam urusan pengelolaan sampah. Dengan begitu, tutur Prigi, akan mampu mengurangi kebiasan membuang sampah sembarangan di aliran sungai.
“Yang 85 persen membuang sampahnya itu di sungai. Salah satunya temuan kita yang kita angkat di Ploso, Kudu, Sungai Marmoyo. Memang kita temukan banyak sekali sampah di sungai dan memang larinya itu yang menjadi perhatian kita larinya ke Brantas. Yang membuang sampah itu orang di Jombang tapi dampaknya ke semua karena larinya ke laut,” tandasnya.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dan mengubah pola pikir masyarakat, Prigi Arisandi mengaku sudah mengirimkan surat kepada seluruh bupati di sepanjang aliran sungai Brantas.
Surat itu, menurutnya, berisi ajakan dan dorongan agar setiap Pemda segera membuat kebijakan terkait pelarangan penggunaan plastik sekali pakai.
Diungkapkanya, beberapa kabupaten sudah memberikan respon. Bahkan, ada salah satu daerah yang telah membuat kebijakan soal pengurangan sampah plastik dan membetuk relawan sungai.
“Seperti kresek, sedotan, popok, karena yang penting itu regulasinya. Selama aturan belum dibuat, maka sampah masih akan dibuang di sungai,” tuturnya.
“Gresik sudah sekarang masih dikonsultasikan ke Bagian Hukum Pemprov, Malang, Mojokerto dan Surabaya juga sudah memberikan respons,” imbuhnya.
Prigi mengakui aktivitasnya ini memang membutuhkan anggaran cukup besar. Meski tak kekurangan jumlah relawan, timnya belum memiliki sarana untuk mengangkut sampah yang mereka bersihkan dari sungai menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Pemerintah yang penting mau ambil, selama ini kan kita bendung kita angkut, kami butuh pengangkut dari muara sungai menuju TPA,” pungkasnya.