JAKARTA, FaktualNews.co – Analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menyebut pujian Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atas performa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti narasi hampa yang tak berjiwa.
“Sebab antara narasi pujian dan fakta empirik sangat jauh berbeda seperti jauh panggang dari api,” kata Ubedilah dalam keterangannya, Sabtu, 28 Agustus 2021.
Prabowo sebelumnya mengatakan bahwa cara Jokowi menangani pandemi sudah efektif dan berada di jalan yang benar. Prabowo juga menyampaikan bahwa keputusan Jokowi cocok dengan rakyat.
Ubedilah menilai, Prabowo sepertinya tidak menggunakan data dalam menilai apa yang sesungguhnya terjadi. Misalnya mengenai korupsi yang merajalela, Ubedilah mengungkapkan indeks persepsi korupsi Indonesia skornya 37 dari rentang nol sampai 100.
Padahal, Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi bagian dari eksekutif melalui revisi UU KPK pada 2019.
Menurut Ubedilah, Jokowi tidak berdaya di hadapan KPK, karena faktanya tetap saja lembaga antirausah melanjutkan tes wawasan kebangsaan untuk menyingkirkan penyidik yang punya integritas. “Inikah yang disebut on the right track oleh Prabowo?” ucapnya.
Ubedilah juga menyebut hukuman koruptor bantuan sosial atau bansos yang sangat rendah, yaitu 12 tahun. Padahal, UU menyebutkan bahwa korupsi bantuan untuk bencana bisa dihukum mati atau setidaknya seumur hidup.
“Inikah yang disebut Prabowo bahwa Jokowi memiliki kepemimpinan yang efektif?”
Ubedilah juga mempertanyakan kepemimpinan Jokowi di tengah bertambahnya utang negara. Sebab, APBN defisit 6 persen lebih dibandingkan produk domestik bruto (PDB). Kemudian utang juga mencapai Rp 6.554,56 triliun atau 41,35 persen dari rasio utang pemerintah terhadap PDB.
Selama dua pekan berturut-turut, kata Ubedilah, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia. Korbannya dari berbagai kalangan akibat dari kelalaian kepemimpinan yang gagal mengantisipasi lonjakan kasus pada Juli 2021.
“Kini sudah lebih dari 130 ribu korban kematian dari pandemi Covid-19. Inikah yang disebut efektif oleh Prabowo?” ujar Ubedilah.
Menurut sosiolog UNJ ini, narasi Prabowo akan makin hampa jika membongkar data indeks demokrasi Indonesia yang skornya terburuk sepanjang 14 tahun terakhir dengan indeks kebebasan sipil yang rapornya merah, yaitu skor 5,59. Begitu juga rapor indeks HAM mendapat nilai merah karena hanya mencapai skor 2,9 dari rentang skor 0 sampai 7.