Seorang Santri di Jember Mengaku Dianiaya dalam Ponpes, Orang Tua Lapor Polisi
JEMBER, FaktualNews.co – Seorang remaja pria berinisial HR (12) warga Dusun Manggisan Tengah, Desa Manggisan, Kecamatan Tanggul, Jember mengaku menjadi korban penganiayaan dalam Pondok Pesantren (Ponpes) di wilayah Kecamatan Kencong.
Menurut pengakuannya, peristiwa penganiayaan itu terjadi pada 31 Agustus 2021 lalu.
Terkait dugaan tindak penganiayaan yang dialami HR, orang tua korban Basuki Rahmad melapor ke Mapolsek Kencong.
“Saya sudah lapor polisi dan hari ini ada mediasi di Polsek, saya tetap lanjutkan masalah ini, biar tidak ada korban lagi yang seperti ditimpa anak saya. Biar pengurus tidak tledor juga terhadap adik adik dalam ruang lingkup pondok,”kata Basuki saat dikonfirmasi di Mapolsek Kencong, Senin (6/9/2021).
Basuki mengatakan, dugaan tindak penganiayaan itu diketahui berawal saat si anak pulang ke rumah dan mengaku kesakitan dan pusing pada bagian kepala.
“Waktu pulang cerita, katanya habis dipukul di Pondok. Jika anak saya tidak cerita hal ini tidak bakalan terungkap dan saya tidak tahu,” katanya.
Terkait dugaan tindak penganiayaan itu, lanjut Basuki, dirinya merasa tidak terima. Kataya, pihak pondok pesantren juga melakukan mediasi di Mapolsek Kencong.
“Tadi ada anak-anak yang katanya berkelahi dengan anak saya. Tadi juga sempat terjadi konfrontasi sama pihak pengurus pondok, mereka berdalih jika anak saya itu bertengkar satu lawan satu (bukan penganiayaan),” ungkapnya.
“Tapi saksi itu ada yang tahu jelas dari jendela (dalam pondok), jika anak saya kepalanya diberi timba dan dipukuli beramai ramai,”sambungnya.
Saksi yang juga santri dalam pondok berinisial AL, kata Basuki, melihat dugaan tindak penganiayaan itu.
“Bahkan juga disampaikan langsung sama saksi itu, kalau anak saya sampai melarikan diri ke dalam kamar. Setelah sempat dipukuli itu,” jelasnya.
Basuki berharap agar terduga pelaku tindak penganiayaan mendapat hukuman setimpal.
Senada dengan Basuki, ibu korban juga menyampaikan kecewa dengan pengawasan di dalam pondok pesantren tempat anaknya mengenyam pendidikan.
“Ini anak saya takut, dan pusing, saya sampai minta obat kepada pak polisi, masak seperti ini dikira main main, anak tidak mungkin berbohong kepada orang tuanya,” kata ibu korban yang enggan ditulis namanya.
Menurutnya, kondisi anaknya sekarang mengalami trauma.
“Sebentar lagi saya bawa ke dokter, takut anak saya kenapa-kenapa. Saya juga takut mentalnya down,” tandasnya.
Kapolsek Kencong, AKP Adri Santoso. Terkait dugaan tindak penganiayaan di dalam pondok, masih dalam proses meminta keterangan dari sejumlah saksi dan pengumpulan barang bukti.
“Masih kami dalami, dan nanti bisa koordinasi dengan Kanit Reskrim. Mohon waktu ya,” ujarnya singkat.