BONDOWOSO, FaktulNews.co – Lelaki berkaos biru tua dan bersarung duduk di tengah di antara dua tamunya. Yang satu berseragam coklat ialah Bhabinkamtibmas Kretek, Polsek Taman Krocok dan lainnya berbaju kerah adalah guru di SDN 3 Kretek.
Kusnadi, yang menjadi Ketua RT 7 di Dusun Petung, menjamu keduanya dengan kopi hitam dan tembakau rajang halus khas Dusun Petung, Desa Kretek.
Dalam duduk, raut mukanya terkadang datar dan kosong. Persoalan ekonomi keluarga sedang melilitnya.
“Madu belum musim. Kopi masih belajar berbunga. Jadi enggak ada pendapatan. Ya hidup sederhana. Makan seadanya,” tutur Kusnadi, Senin (6/9/2021).
Kusnadi menyebut kondisi yang serba sulit itu sebagai paceklik dan itu sudah biasa dialami oleh warga dusunnya. Jika tidak memiliki uang, Kusnadi dan warga Petung lainnya menjadikan hewan piaraan sebagai alat tukar.
“Misal mau beli baju dan enggak ada uang, ya tukar sama ayam, madu atau kopi. Dan pedagang yang naik ke Dusun Petung sudah tahu dan memakluminya,” ungkap Kusnadi.
Bhabinkamtibmas Kretek Polsek Taman Krocok Bripka Erly Witikno sudah beberapa tahun bertugas di Desa Kretek. Ia mengetahui jika informasi awal bahwa banyak warga di Dusun Petung merambah hutan dan berburu hewan dilindungi untuk dijual.
“Dulu ketika ada polisi naik ke Petung pasti dikira ada warga yang mau ditangkap. Tapi saya hampir saban hari naik dan mengedukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan, sehingga sekarang perambahan hutan berkurang,” bebernya.
Pedagang pakaian datang sebulan sekali
Rustam, warga Kecamatan Wonosari menjadi pedagang yang menjajal peruntungan ke Dusun petung. Ia menjual aneka baju, kaos, celana, seprei dan lainnya ke sana.
“Setiap bulan naik ke Petung. Memang jalannya ekstrem, tapi hasil jualan di sana lumayan,” tuturnya.
Misal celana pendek yang dibeli seharga Rp 12.500, dijual Rp 25 ribu. Baju seharga Rp 50 ribu, dijual Rp 80 ribu – Rp 100 ribu.
“Jadi pas turun dapat hasil cukup sesuai dengan jerih payah kami sampai ke lokasi,” tuturnya.
Selain Rustam, ada pula Kusno yang hampir tiap hari naik ke Dusun Petung menjual aneka sayur dan lauk.
Dia menempuhnya berjalan kaki. Terkadang, ia pulang tidak hanya membawa uang, tapi juga kopi, madu, bahkan ayam.
Di era keuangan digital, warga di Dusun Petung masih mempraktikkan transaksi model lawas, barter. (Deni)