Kerap Hujan di Musim Kemarau, Stasiun BMKG Nganjuk: Efek Gelombang Rossby Ekuatorial
NGANJUK, FaktualNews.co – Dalam beberapa hari terakhir, hampir seluruh wilayah Kabupaten Nganjuk diguyur hujan. Padahal wilayah tersebut, menurut prakirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), semestinya masih dalam musim kemarau.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sawahan Nganjuk, Mohammad Chudori, hujan yang kerap pada musim kemaru di Nganjuk tersebut disebabkan oleh gelombang Rossby Ekuatorial (Equatorial Rossby Waves) dan Anomali Suhu muka laut yang kemudian terbawa oleh angin.
Dia memastikan bahwa berdasarkan data yang dia punya, saat ini belum termasuk musim penghujan meskipun hujan kerap datang balakangan ini.
“Meskipun memang iya ada hujan, tapi ini belum bisa dikatakan masuk musim penghujan,” ujar Mohammad Chudori kepada FaktualNews.co, Selasa (14/09/2021).
Karena yang bisa dikatakan musim penghujan, menurut Chudori, hujan terjadi dalam 3 dasarian atau terjadi dalam 1 bulan. Dalam 1 dasarian itu, kandungan air hujan bisa tertakar sebanyak 150 milimeter (mm). Sementara curah hujan di wilayah ini, masih berada di 8 mm.
“Wilayah di Nganjuk ini, curah hujannya pada tanggal 1 sampai 10 september masih terhitung 0 mm. Kemudian untuk tanggal 11 sampai 14 september, ini masih 8 mm,” ungkapnya
Musim di wilayah Kabupaten Nganjuk saat ini, menurut Chudori, termasuk masih kemarau.
Lebih jauh dia menjelaskan, hujan bebarap waktu terakhir ini karena adanya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin terpantau aktif di wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan.
Fenomena ini adalah dinamika atmosfer yang mengindikasikan ada potensi pertumbuhan awan hujan. Yakni awan skala luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya. Ketika Gelombang Rossby aktif, maka berkontribusi ke peningkatan awan hujan.
Selain itu, karena belokan atau pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi). Inilah yang dapat mengakibatkan potensi pertumbuhan awan hujan meningkat. Suhu dan anomali muka laut, juga terpantau hangat dan bisa menambah suplai uap air.
Tak hanya itu, kelembaban udara juga berpengaruh ke pembentukan awan hujan. Berdasarkan perubahan prakiraan dalam lima hari kemarin, kelembaban ini terjadi ke sebagian besar wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan.
“Pengaruh gelombang Rossby masih bertahan hingga tanggal 15 September,” pungkasnya.