JOMBANG, FaktualNews.co – Orang tua salah satu siswi SMK Ma’arif Ngoro, Jombang, mengeluh. Pasalnya, anaknya merasa dipersulit meminta salinan ijazah oleh pihak sekolah.
Sulitnya minta salinan ijazah tersebut lantaran sang murid belum melunasi uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) hingga mencapai Rp 2 juta. Menurut informasi, salinan ijazah baru akan diberikan jika mereka telah membayar semua tunggakan tersebut.
Kejadian ini diceritakan Tri Astutik, warga Desa/Kecamatan Ngoro, Jombang. Sedangkan anaknya adalah NIJ (18). Dia tercatat sebagai siswi kelas 12 SMK Ma’rif Ngoro dan telah dinyatakan lulus.
Saat dihubungi, Tri Astutik menceritakan, beberapa waktu lalu, putrinya NIJ berniat datang ke sekolah untuk meminta surat keterangan atau salinan ijazah. Dokumen ini dia butuhkan untuk melamar pekerjaan. Namun, setibanya di sekolah siswa yang belajar pada jurusan TKJ (Tehnik Komputer Jaringan) ini tak mendapatkan apa yang dia perlukan itu.
Dia justru menerima jawaban pahit, dan hanya diminta oleh sekolah melunasi dulu seluruh tanggungan yang belum terselesaikan.
“Iya tidak diberikan. Harus bayar dulu semua totalnya Rp 2 jutaan. Itu biaya SPP yang kelas 10 dan kelas 12, kalau kelas dua ( 11) seingat saya sudah saya bayar dan waktu mau ujian juga saya bayar,” beber Tri Astutik.
Tri Astutik mengaku keberatan harus membayar biaya sebesar itu. Dia berharap, pihak sekolah tidak mempersulit anaknya mendapatkan salinan ijazah sehingga segera bisa bekerja.
“Nanti kalau bisa kerja, kan bisa untuk ambil ijazah itu, mumpung sekarang banyak lowongan,” tandasnya.
Tri Astutik sendiri merupakan janda dengan empat anak. Sejak kecil dirinya dan anak-anaknya sudah ditinggalkan suaminya pergi dan sampai saat ini tidak pernah kembali. Untuk memenuhi kebututuhan hidup keluarga dan sekolah, dirinya hanya bekerja sebagai penjual jajanan kecil-kecilan di rumahnya.
“Jualan jajanan kecil-kecilan ini untuk biaya sekolah sangat berat, dari mana saya uang dua juta itu,” ungkapnya.
Selama ini, anaknya NIJ sebenarnya memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP). Namun selama masuk SMK NIJ sudah tidak lagi menerima bantuan tersebut.
“Masih ada adiknya yang duduk dibangku SD kelas VI. KIP sudah tidak pernah dapat lagi padahal dulu sudah didata sama sekolah sampai lulus ya tidak dapat,” tandasnya.
Sementara itu, hingga berita ini ditulis upaya melakukan konfirmasi kepada pihak SMK Ma’,arif belum berhasil dilakukan. Nomor telepon yang terpampang pada situs website sekolah pun belum mendapat jawaban.