Peristiwa

Gunung Semeru Kembali Keluarkan Letusan dan Asap Putih

LUMAJANG, FaktualNews.co – Gunung Semeru kembali mengeluarkan letusan di ikuti keluarnya asap dari kawah Jungring Saloko setinggi 200 meter mengarah ke barat daya.

Hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan petugas Pos Pengamatan Gunungapi Gunung Semeru di Gunung Sawur kecamatan Candipuro, Mukdas Sofian.

“Pengamatan visual gunung jelas, kabut 0-II, hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Letusan teramati 1 kali tinggi asap kl 200 m warna asap putih kelabu condong ke arah barat daya”, kata Mukdas dari rekapitulasi pengamatan dalam kurun 24 jam terakhir, Selasa (21/09).

Gunung berketinggian 3676 mdpl itu dijelaskan Mukdas, hasil pengamatan meteorologi cuaca cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah utara, timur laut, dan barat daya. Suhu udara 22-27 °C. Status Mahameru (Semeru-red) tetap di level ll waspada.

“Merekomendasi masyarakat atau pengunjung (wisatawan) tidak beraktivitas dalam radius 1 Km dari kawah atau puncak gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara – selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak gunung”, ucap Mukdas.

Selain itu dari hasil pemantauan Mukdas, kegempaan letusan terjadi 49 kali, amplitudo 10-24 mm, durasi 70-130 detik. Hembusan terjadi 12 kali, amplitudo 2-9 mm, durasi 50-100 detik.

Tremor harmonik terjadi 1 kali, amplitudo 8-36 mm, S-P 14-23 detik, durasi 35-80 detik. Pengamatan Tektonik jauh terjadi 4 kali, amplitudo 8-36 mm, S-P 14-23 detik, durasi : 35-80 detik.

“Agar Masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi”, pinta Mukdas.

Pihaknya juga menyampaikan masyarakat di sekitar Semeru perlu mewaspadai  potensi luncuran di sepanjang lembah  jalur awan panas Besuk Kobokan. Masyarakat juga harus mewaspadai ancaman lahar di  alur sungai atau lembah yang berhulu di Semeru (mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk).

“Rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya”, tutur Mukdas.

Hasil pengamatan terakhir ini telah disampaikan kepada Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) Badan Geologi PVMBG dan juga kepada pemerintah kabupaten Lumajang dalam hal ini BPBD setempat.