JEMBER, FaktualNews.co – Tima (51), mengaku warga Desa Pejaten, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso, terciduk petugas Satpol PP Pemkab Jember, saat mengemis di sekitar jalan wilayah Kecamatan Patrang, Selasa (28/9/2021).
Tima kemudian dibawa ke Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Jember, Kecamatan Kaliwates. Tima mengaku mengemis untuk menyambung hidup.
Pasalnya sejak bercerai dengan suami keduanya, dan terdampak pandemi Covid-19, wanita paruh baya ini mengaku kesulitan mendapatkan penghasilan. Tima mengaku mengemis di Jember, karena malu jika meminta-minta di Bondowoso.
“Saya memilih mengais rezeki di Jember, karena saya tidak ingin anak-anak saya malu mempunyai ibu seorang pengemis. Saya seperti ini karena terpaksa, saya ingin anak-anak saya sukses, kepada mereka saya bilang kerja di pabrik krupuk,” ujar Tima saat di Liposos.
Tima mengaku mengemis di jalanan karena dipaksa keadaan. Dia mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya.
“Anak saya ada 3, yang pertama perempuan sudah menikah ikut suaminya. Yang kedua sekolah di STM laki-laki, keduanya ini dari suami pertama. Suami saya meninggal saat anak kedua masih di dalam kandungan umur 7 bulan,” ujarnya.
“Yang paling kecil anak ketiga perempuan. Dari pernikaan saya dengan suami kedua. Sekarang kelas 3 MI (setara SD) di Bondowoso,” sambungnya.
Tima mengaku menjadi pengemis karena juga tidak ingin merepotkan anak-anaknya.
“Anak pertama sudah dengan suaminya, anak kedua dan ketiga bersama saya. Saya ngemis karena untuk anak-anak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Tima mengatakan, sebelum memilih jadi pengemis, dia hanya bekerja serabutan dengan menunggu kabar dari tetangganya. Itu dilakukan sejak cerai dengan suami keduanya.
“Dulu ya kadang disuruh tetangga untuk bantu tanam cabai di ladang, kadang juga membantu bersih-bersih,” katanya.
Namun sejak pandemi Covid-19, Tima mengaku kesulitan mendapat pekerjaan. “Sejak ada corona sudah jarang, kalau punya modal untuk usaha jualan, tentu saya lebih memilih jualan, mengemis ini bukan pilihan saya,” ujarnya.
Ditanya bagaimana bisa sampai di Jember dan berprofesi sebagai pengemis?
“Saya berangkat dari Bondowoso naik bus. Rumah saya lorre (utara) belakang Pendopo Bondowoso. Jalan ke pinggir jalan arah ke Jember. Terus naik bus ke Jember, turun di Terminal Arjasa. Selanjutnya naik lin (angkot) ke arah kota,” ucapnya.
Terkait penghasilan, Tima enggan menyebut nominal pasti. “Saya berangkat pagi jam 6, kemudian pulang sore sekitar pukul 3 – 4 sore. Untuk dapatnya (penghasilan mengemis) tidak tentu. Kadang Rp 40 ribu, paling banyak Rp 60 ribu per hari,” ungkapnya.