FaktualNews.co

Cegah Ilegal Logging, Bhabinkamtibmas di Bondowoso Bina Puluhan Petani Kopi

Pertanian     Dibaca : 691 kali Penulis:
Cegah Ilegal Logging, Bhabinkamtibmas di Bondowoso Bina Puluhan Petani Kopi
FaktualNews.co/Deni Ahmad Wijaya//
Bripka Erly Witikno membina warga Dusun Petung, Kecamatan Taman Krocok berkebun kopi guna mencegah ilegal logging.

BONDOWOSO, FaktualNews.co – Polisi tidak hanya sebatas menindak pelaku kejahatan. Namun yang lebih penting adalah mengedukasi warga sebagai upaya preventif agar kriminalitas itu tidak terjadi. Seperti yang dilakukan Bripka Erly Witikno.

Bhabinkamtibmas Kretek, Polsek Taman Krocok, Polres Bondowoso ini membina puluhan warga di Dusun Petung, Desa Kretek, Kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso sejak 6 tahun lalu.

“Pertama jadi Bhabinkamtibmas Kretek tahun 2015 lalu. Memang informasinya di Dusun Petung waktu itu banyak terjadi ilegal logging,” kisahnya kepada FaktualNews.co, Jumat (1/10/2021).

Untuk memastikan, ia naik ke Dusun Petung yang berada di wilayah Gunung Putri. Wilayahnya terpelosok dan infrastruktur buruk, sehingga akses masuk sulit.

“Waktu awal-awal naik, banyak warga takut dan khawatir. Karena sebelumnya, setiap ada polisi naik ke Dusun Petung, pasti ada warga yang mau ditangkap karena kasus ilegal logging atau perburuan satwa dilindungi,” ungkapnya.

Namun, kenyataan beda. Bripka Erly justru mengedukasi warga agar tidak merambah hutan dan beralih bekerja dengan tetap melestarikan hutan.

“Lambat laun, masyarakat sudah terbiasa lihat saya naik ke Petung. Tingkat kriminalitas mulai menurun,” kata warga Desa Pejaten, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso ini.

Lalu, Erly juga menggandeng Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Dinas Pertanian setempat untuk membina masyarakat bertani kopi.

Jurus itu berhasil. Saat ini seluruh warga Dusun Petung menanam kopi robusta di Gunung Putri.

“Mereka sudah meninggalkan mencuri kayu atau berburu burung yang dilindungi. Sebab memang jika urusan ekonomi terjawab, maka angka kriminalitas pasti bisa ditekan,” tegas pria 42 tahun itu.

Kini, puluhan kepala keluarga di Dusun Petung sudah mulai berdaya dengan perkebunan kopinya. Tercatat, sekitar 100 hektar lahan yang potensial dimanfaatkan untuk berkebun kopi.

“Efektifnya sekitar 50 hektar. Varietas sementara robusta lokal. Tapi kita sudah mencoba menanam varietas unggul dari Kecamatan Sumberwringin dengan pola stek. Ada puluhan pohon yang tumbuh. Ini yang akan terus kita kembangkan,” tuturnya.

Selain berkebun kopi, Bripka Erly juga mendorong warga mengemas madu hutan untuk dijual hingga ke luar pulau.

“Sudah ada kemasannya. Dijual ke wilayah Bondowoso, Solo, Jakarta sampai ke Kalimantan. Produksi saat masa panen raya bisa 1 kuintal per kotak per bulan,” sebutnya.

Saat ini, setiap kilogram madu hutan Petung dijual seharga Rp 150 ribu. Sedangkan kemasan 1/2 kilogram dijual Rp 100 ribu.

“Untuk ukuran 200 ml harganya Rp 75 ribu. Dulu penjualan melalui saya, sekarang warga sudah bisa mengemas dan memasarkan sendiri ke luar,” paparnya.

Ketua RT 7 Dusun Petung, Kusnadi mengaku merasa bersyukur bisa beralih perilaku dari warga yang awalnya merambah hutan, kini menjadi pelestari hutan.

“Dulu mayoritas memang ilegal logging. Curi kayu dan berburu burung. Kayak cucak ijo dan lainnya. Sekarang sudah cukup dengan berkebun kopi dan jual madu hutan,” ungkapnya.

Pj Kepala Desa Kretek  Rachmad Haryono menyebut, jumlah penduduk total di Desa Kretek sebanyak 1.836 jiwa dengan 716 Kepala keluarga.

“Khusus di Dusun Petung ada dua RT. Yaitu RT 7 ada 29 KK dan RT 8 ada 59 KK. Jadi total 88 kk dengan jumlah penduduk total 226 jiwa di Dusun Petung,” beber Haryono.

Ia menambahkan, luas wilayah Desa Kretek 635,010 hektar. Dusun Petung sendiri berada di kawasan Gunung Putri yang menjadi tempat bersejarah di masa perjuangan kemerdekaan.

“Asal muasal kenapa di gunung itu ada pemukiman, karena di sana dulu dijadikan tempat persembunyian Gerilyawan zaman penjajahan,” ungkap kades 43 tahun ini.

Warga yang berada di lereng gunung naik mengirimkan logistik ke para gerilyawan saat malam hari. Saat penjajah lengah, para gerilyawan turun gunung dan menyerang penjajah di markasnya.

“Saat Indonesia sudah merdeka, gerilyawan yang sudah nyaman di sana, memutuskan menetap dan tinggal di gunung itu sampai akhirnya sekarang menjadi Dusun Petung,” ungkap warga Desa Pejaten, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso ini. (awi).

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin