Sosial Budaya

Lesbumi PCNU Kediri Gelar Upacara Bendera Setengah Tiang di 1 Oktober, Ini Alasannya

KEDIRI, FaktualNews.co – Memperingati tanggal 1 Oktober, Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Kediri menggelar Upacara Bendera Setengah Tiang di halaman Kantor PCNU Kabupaten Kediri, Jalan Imam Bonjol Kota Kediri, Jumat (1/10/2021).

Kegiatan upacara bendera ini diikuti belasan peserta, mulai dari personil Barisan Ansor Serbaguna (Banser), pengurus serta anggota Lesbumi Kabupaten Kediri.

Upacara bendera setengah tiang ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya. Tahun lalu Lesbumi PC NU Kabupaten Kediri juga menggelar kegiatan serupa.

Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Kediri Abu Muslich mengungkapkan, kegiatan upacara bendera setengah tiang dan haul mengenang gugurnya 7 pahlawan revolusi yang gugur pada 1 Oktober 1965.

“Dari fakta catatan sejarah yang saya pelajari, semua buku-buku sejarah termasuk sejarah TNI, buku Monumen Pancasila Sakti dan buku Pak Harto serta buku yang lainnya, tidak ada yang menyebutkan pahlawan revolusi gugur diculik dan dibunuh tanggal 30 September 1965. Penculikan dan pembunuhan pimpinan TNI Angkatan Darat terjadi pada Subuh sehingga masuk tanggal 1 Oktober,” jelasnya.

Untuk itu, Lesbumi PCNU Kabupaten Kediri sejak tanggal 1 Oktober 2020 dan diteruskan pada 1 Oktober 2021, serta ke depannya, akan terus menggelar Upacara Bendera Setengah Tiang.

Selain itu, pihaknya juga menggelar Tahlilan Selamatan, memperingati gugurnya 7 Pahlawan Revolusi yang gugur pada 1 Oktober 1965.

Adapun nama Pahlawan Revolusi, yang gugur antara lain Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto, Letjen TNI Anumerta MT Harjono, dan Letjen TNI Anumerta Soewondo Parman. Ada pula, Mayjen TNI Anumerta DI. Pandjaitan, Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen TNI Anumerta Katamso Dharmo Kusumo.

Untuk meluruskan sejarah tersebut, Lesbumi NU Kabupaten Kediri bersama dengan budayawan dan pemerhati sejarah lainnya bakal menggelar diskusi.

Selanjutnya hasil diskusi akan diusulkan dan diperjuangkan kepada Presiden Jokowi agar dilakukan peninjauan kembali bahwa tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

“Bukan Hari Kesaktian Pancasila yang kita tidak setuju, tetapi disitu mengibarkan bendera satu tiang penuh itu yang kita tidak setuju dan harus ditinjau kembali,” tutup Abu Muslich. (Aji)