Nama Luhut Disebut dalam Pandora Papers, Segini Harta Kekayaannya Versi LHKPN
JAKARTA, FaktualNews.co – Nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, disebut-sebut dalam laporan Pandora Papers.
Laporan berisi investigasi terhadap puluhan kepala negara dan pemerintah dunia ini diungkap oleh ICIJ, konsorsium jurnalis investigasi internasional.
Hasil investigasi lebih dari 600 jurnalis tersebut mengungkapkan kasus suaka pajak terbesar dunia, alias upaya penyembunyian aset hingga jutaan dolar AS.
Adapun nama Luhut, disebut-sebut terkait dengan Petrocapital S.A, perusahaan asal Panama.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) 2020 yang disampaikan pada 24 Maret 2021, Luhut merupakan salah satu pejabat negara terkaya.
Dikutip dari LHKPN 2020, total harta kekayaan Luhut mencapai Rp 745.188.108.997 atau Rp 745 miliar. Dibanding laporan tahun 2019, harta kekayaan Luhut tercatat naik Rp 67,74 miliar dari sebelumnya Rp 677,44 miliar.
Luhut memiliki 16 tanah dan bangunan yang totalnya bernilai Rp 244,019 miliar. Ke-16 tanah dan bangunan itu berlokasi di Bogor, Jakata Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Badung, Malang, Tapanuli Utara, Toba Samosir, hingga Simalungun.
Ada juga surat berharga senilai Rp 106,16 miliar dan harta bergerak lainnya senilai Rp 3,38 miliar. Kemudian tercatat juga alat transportasi dan mesin senilai Rp 2,485 miliar, kas dan setara kas senilai Rp 194,009 miliar, harta lainnya Rp 207,12 miliar.
Luhut tercatat memiliki utang senilai Rp 12 miliar. Sehingga, kini total kekayaan Luhut Binsar Pandjaitan senilai Rp 745,188 miliar.
Penjelasan Jubir Luhut soal Nama di Pandora Papers
Juru Bicara Menko Marves, Jodi Mahardi mengungkapkan, Luhut memang pernah jadi Direktur Utama Petrocapital selama 3 tahun.
“Bapak Luhut menjadi Direktur Utama atau Ketua Perusahaan pada Petrocapital S.A pada tahun 2007 hingga 2010,” jelas Jodi dalam keterangannya, Senin (4/10).
Dari penjelasan Jodi, diketahui bahwa perusahaan ini didirikan Edgardo E. Dia dan Fernando A. Gil pada tahun 2006, dengan modal disetor senilai USD 5 juta.
Menurut Jodi lagi, perusahaan ini awalnya diniatkan buat melakukan ekspansi ke Amerika Selatan dan Tengah. Sayangnya, dalam perjalanannya berbagai kendala dari kondisi geografis hingga kepastian investasi, membuat Luhut mengundurkan diri dari perusahaan.
Jodi pun menegaskan, selama Luhut jadi bos perusahaan tersebut, tak satu pun investasi yang layak bisa dikantongi. Purnawirawan Jenderal TNI itu kemudian memutuskan fokus pada bisnisnya di Indonesia.