FaktualNews.co

Menyambangi Jembatan Gantung Berusia Puluhan Tahun di Pinggiran Jombang

Wisata     Dibaca : 1158 kali Penulis:
Menyambangi Jembatan Gantung Berusia Puluhan Tahun di Pinggiran Jombang
FaktualNews.co/Muji Lestari
Kondisi jembatan gantung di Desa Pojok Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, yang masih berdiri kokoh meskipun sudah tak terpakai lagi karena kelapukan di sejumlah bagiannya, Sabtu (9/10/2021).

JOMBANG, FaktualNews.co – Sepanjang tahun, pemerintah terus berupaya meningkatkan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah infrastruktur, mulai dari jalan raya, jalan desa hingga jembatan.

Nah, berbicara tentang jembatan, ada sebuah jembatan yang bisa dibilang memiliki kenangan tersendiri bagi masyarakat di Kabupaten Jombang .

Jembatan yang bisa dibilang ‘melegenda’ itu adalah jembatan gantung yang ada di Desa Pojok Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang.

Jembatan berusia puluhan tahun ini kini sudah tidak digunakan lagi sebagai sarana penghubung utama di desa ini. Namun, sampai saat ini jembatan yang dibuat dari papan kayu dengan kerangka besi dan kawat seling sebagai penyangganya ini masih nampak kokoh berdiri tepi Kali Gede, di desa setempat.

Jembatan gantung ini nampak sudah mulai rusak. Baik tiang pancang, kerangka, kawat seling yang digunakan untuk menggantungkan papan jembatannya pun sudah berkarat. Bahkan, sebagian papan kayu sudah lepas dan hilang.

“Jembatan ini umurnya sudah puluhan tahun sejak saya masih kelas 3 SD, sekarang sudah tidak dilewati, tapi kadang-kadang masih dipakai orang-orang disini untuk jalan,” ujar Sulastri, salah warga setempat, Sabtu (9/10/2021).

Dahulu, kehidupan masyarakat di pinggiran Jombang ini tergantung dari jembatan itu. Sebab, jembatan itu merupakan satu-satunya penghubung antar desa hingga menjadi satu-satunya jalur menuju pusat kota.

Jika tidak ada jembatan ini, maka aktivitas warga, ketika itu, bisa lumpuh. Mereka akan terisolasi jika tidak ingin menembus lebatnya hutan dan berputar lebih jauh melintasi wilayah Kabupaten Nganjuk.

Sulastri menuturkan, beberapa tahun silam desanya pernah dilanda banjir bandang. Air sungai di bawah jembatan gantung itu meluap hingga menggenangi rumah penduduk sekitar.

“Dulu pernah banjir di sini, kami tidak bisa kemana-mana,” ungkapnya.

Jembatan dengan panjang sekitar 30 meter ini kadang masih sering dilewati warga lokal disini hanya untuk jalan kaki saja. Maklum, jembatan ini adalah salah satu saksi sekaligus kenang-kenangan bagi mereka.

Dahulu, jika melewati jembatan ini, warga harus melintas secara bergantian. Selain karena pertimbangan keselamatan dengan kekuatan beban yang bisa ditahan oleh jembatan, juga karena lebar jembatan sangat kecil. Hanya satu kendaraan roda dua saja. Sementara roda empat tidak bisa melintas.

“Kalau lewat ya gantian dari sini dulu, lalu baru yang diujung satunya baru bisa lewat,” timpalnya.

Kala itu, kehidupan warga disana sangat tergantung dengan jembatan ini. Sebab seluruh aktivitas masyarakat dari beberapa desa hanya bisa diakses lewat jembatan gantung ini sebelum akhirnya beberapa tahun tahun pemerintah kemudian membangun jembatan baru, yang ada persis di samping jembatan gantung ini.

“Jembatan baru ini mungkin adanya baru sekitar lima tahun lalu,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh