Sosial Budaya

Pojok Literasi Arkeologi, Ajang Belajar Sejarah Kaum Milenial di Probolinggo

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Kumpulan pegiat pelestarian budaya di Probolinggo, yang mulai bergerak pada tahun 2018, sekarang memiliki tempat memajang benda-benda masa lampau dan koleksi bacaan sebagai pendukung literasinya.

Tempat sederhana yang berlokasi di Jalan Cempaka RT 2 RW 3 , Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan itu, diberi nama Pojok Literasi Arkeologi. Memanfaatkan lahan kosong milik ketua RT setempat Edi Martono (54) yang juga sesepuh Komunitas Bumi Banger Probolinggo.

Tempat untuk menyimpan barang-barang bersejarah dan kuno tersebut, di-launching 8 September 2021 bulan lalu. Sejak itulah, tempat semacam museum ini dibuka untuk umum dan gratis, seperti yang diungkap Edi Martono, Sabtu (9/10/21).

“Semuanya bisa ke sini. Terutama siswa,” katanya.

Ditempat yang masih terbuka dan terbuat dari bambu ini, pengunjung bisa melihat beberapa barang kuno. Seperti, alat penggiling jagung yang terbuat dari batu, miniatur stupa Candi Borobudur, berikut patungnya. Ada juga mesin ketik manual, telepon umum, perangko kuno, serta bedil binatang (Burung)

Lampu kuno yang dibawa petugas rel Kereta Api (KA). Selain barang, ditempat yang berukuran sekitar 5 x 10 Meter itu juga dipajang beberapa foto. Di antaranya, foto pejuang berperang saat mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Foto peta Kota Probolinggo saat dikuasai Hindia Belanda, berikut foto presiden Soekarno saat mengunjungi Kabupaten Probolinggo.

Selain benda, ditempat yang sama juga terpampang berbagai literasi atau buku sejarah. Ditempat itu, pengunjung bisa membaca apa saja yang berkaitan dengan sejarah Indonesia, dunia dan sejarah lokal.

“Anak-anak atau siswa bisa baca dan melihat barang-barang sebelum mereka lahir. Ya, untuk menambah pengetahuan,” ujar Edi sembari mengakuui koleksinya saat ini masih minim dan perlu ditambah.

Tentang tujuan pendirian Pojok Literasi, Edi mengatakan, sebagai pengetahuan agar siswa dan kaum mileneal tahu dan tidak melupakan sejarah. Utamanya sejarah tentang Probolinggo.

“Ini upaya mencetak generasi milenial agar melek sejarah, sehingga menjadi pelestari benda cagar budaya,” tandasnya.

Sebenarnya lanjut Edi, Komunitas Bumi Banger tidak berkewajiban mendirikan dan mengelola Pojok Literasi Arkelologi. Yang hak penuh adalah lembaga pendirikan. Namun, karena tak satupun lembaga pendidikan yang merespon, akhirnya ditangani komunitas Bumi Banger Probolinggo.

Dikatakan, pendirian Pojok Literasi Arkeologi merupakan anjuran dari Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta dan BPCB Trowulan untuk lembaga pendiidikan.

Berdasarkan hal tersebut, pihaknya dalam waktu dekat akan membangun Pojok Literasi Arkeologi di SMPN 10.

“Kami akan memulai dari SMPN 10. Karena kami salah satu anggota komitenya,” pungkas Edi penuh harapan.