JOMBANG, FaktualNews.co – Kekhawatiran sejumlah kalangan tentang adanya permainan dalam pelaksanaan Surat Edaran (SE) Pemkab Jombang yang meminta ASN lingkup pemkab setempat membeli telur ayam ke peternak, tampaknya sangat beralasan.
Dalam pelaksanan SE tersebut, Pemkab Jombang, dalam hal ini Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, diduga pilih kasih saat menentukan produsen atau peternak ayam petelur di Jombang yang berhak melayani order atau memasok telur ke ASN.
Data di Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) Jombang, hanya tiga produsen atau peternak yang mendapat order pembelian telur total 1.600 kilogram dari ratusan ASN, melalui OPD masing-masing. Padahal, ada puluhan peternak ayam petelur di Jombang.
Dengan demikian jauh lebih banyak yang tidak mendapat ‘cipratan rezeki’ dari implementasi SE yang tujuan awalnya konon untuk membantu meringankan peternak ayam petelur dari kerugian itu.
Salah satu yang gigit jari karena tidak mendapat order pembelian tersebut adalah Ari Mariana, peternak ayam petelur di Desa Sukorejo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang.
“Katanya sudah dibelikan kemarin. Tapi saya yang sangat membutuhkan ini tidak dapat orderan dari pembelian telur yang katanya untuk membantu peternak ayam telur di Jombang. Ya kalau begitu mungkin yang dapat order hanya peternak yang dekat dengan pemerintah,” ujarnya kepada FaktualNews.co, Rabu (12/10/2021).
Mariana yang sudah 10 tahun menjadi sebagai peternak telur itu sendiri berpendapat harga pembelian terlalu mahal. Menurutnya harga jual telur dari peternak kini Rp 15 ribu per kilogram.
“Kalau di surat edaran itu dibeli Rp 18 ribu, padahal harga jual dari peternak ayam petelur sekarang ini Rp 15 ribu. Terlalu mahal, kalau begitu saya pun juga berharap. Tapi kami sebagai peternak juga ini tidak tahu siapa saja yang kebagian,” keluhnya.
Mariana menjelaskan jika mendapat bantuan tersebut, dirinya mengatakan akan menjualnya dengan harga wajar dan dihantarkan langsung tanpa ongkos pengiriman.
Dikarenakan dengan harga pembelian yang dimaksud dalam SE tersebut terlalu mahal, apalaagi ditambah ongkos kirimnya.
“Dibeli harga Rp 18 ribu sudah sangat untung. Karena biasanya itu peternak hanya menjual Rp 15 ribu. Begitu pun di tingkat eceran, pedagang tidak sampai menjual harga Rp 18 ribu. Umpama saya dapat orderan dari Pemerintah, meskipun harga wajar sudah bersyukur. Tanpa ongkos pengiriman, saya langsung antarkan,” tutur perempuan berusia 43 tahun.
Harga Pakan Naik, Usaha Nyaris Merugi
Selain berharap bantuan pembelian dari Pemkab Jombang, Marina juga berharap pemerintah membantu menstabilkan harga pakan ayam. Sebab, harga pakan ayam kian meroket, sehingga usahanya sebagai peternak nyaris merugi akibat ongkos produksi kian mahal.
“Kadang rugi kami Mas, karena harga pakan ayam sekarang mengalami kenaikan ini tidak sesuai dengan harga jual telur sekarang. Standar harga pakan ayam itu dulu 5 ribu, tapi sekarang naik jadi Rp 6.600 per kilograma. Sedangkan harga jual telur yang standar Rp 19 ribu per kilogram, kini anjlok jadi Rp 15 ribu per kilogram,” keluhnya.
Supaya usahanya tetap berjalan dengan lancar, dia berhapa Pemkab Jombang membantu para peternak ayam petelur di Jombang secara merata, tidak pilih.
“Harapannya cuma agar Pemerintah bisa membantu para peternak yang mengalami kesusahan saat ini. Apalagi dengan adanya bantuan dari pemerintah itu, seharusnya dibagikan secara merata meskipun dapat sedikit. Yang terpenting merata dan sudah membantu,” pungkasnya.
Penulis: Faiz Hasan