JEMBER, FaktualNews.co – Menanggapi Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) yang akan digelar 23 – 25 Desember 2021 di Provinsi Lampung, Pengurus Cabang (PC) NU Jember sepakat dengan hasil pertemuan dengan PWNU Jatim.
Dalam pertemuan PCNU se-Jawa Timur, muncul dua nama yang bakal diusung sebagai calon pemimpin PBNU 2021 – 2026.
Keduanya, KH Cholil Yahya Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketum PBNU 2021-2026, sekaligus juga mendukung KH Miftachul Ahyar sebagai Rois Aam PBNU.
Sebagai bagian dari PWNU Jatim, kata Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab), dia mendukung hasil keputusan yang ditetapkan pengurus wilayah NU Jawa Timur.
“PCNU Jember sebagai bagian PWNU Jatim, kita kemarin sudah berkumpul dan ikhtiar untuk pemilihan ketua PBNU ataupun Rois Aam itu, diharapkan menggunakan sistem ahlul halli wal aqdi (AHWA). Tapi nampaknya muktamar saat ini sistem AHWA itu hanya untuk Rois Aam,” kata Gus Aab, melalui ponselnya, Rabu (13/10/2021).
Namun sementara, lanjutnya, untuk pemilihan ketua umum PBNU menggunakan sistem lain. “Sesuai hasil munas dan kombes di Jakarta, dipilih menggunakan one man one vote,” katanya.
“Tapi kita tetap mengupayakan sistem AHWA itu bisa berlaku untuk Ketua Umum juga,” imbuhnya.
Akan tetapi terlepas dari sistem pemilihan yang akan dilakukan, kata Gus Aab, sebagai bagian dari PWNU Jatim, dua calon nama Ketua Umum dan Rois Aam sudah ditentukan.
“KH Cholil Yahya Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketum PBNU 2021-2026. Sekaligus juga mendukung KH Miftachul Ahyar sebagai Rois Aam PBNU,” sebutnya.
Tentunya ada kesepakatan itu, sudah diamini juga oleh PCNU lainnya di seluruh Jawa Timur.
Gus Aab beralasan, kesepakatan terkait usulan dua nama itu sebagai bentuk kekompakan dari warga Nahdliyin. Khususnya Jawa Timur.
“Kita mengusulkan itu sebagai kesepakatan bersama PWNU di Jatim. Kita berharap agar tetap dalam satu barisan atau dalam satu gagasan yang bisa diperjuangkan, dan mendapatkan hasil muktamar yang sejuk,” katanya.
“Semangat dari teman-teman regenerasi itu adalah salah satu hal yang mantap untuk kaderisasi. Tentunya pemilihan dua nama itu sudah sesuai untuk kebutuhan NU di masa mendatang, tentunya memenuhi dan dianggap mengkomunikasikan NU dengan berbagai pihak,” ulasnya.
Bahkan terkait kebutuhan NU di masa mendatang, diharapkan sosok Ketua Umum dan Rais Aam itu, bisa bersinergi dengan elemen berbagai pihak.
“Tanpa melihat latar belakang suku atau agama. Jadi diharapkan NU bisa merangkul bersama segala kekuatan seluruh masyarakat Indonesia. Tapi (kembali) kita tetap mengupayakan sistem AHWA itu bisa berlaku untuk ketua umum juga,” imbuhnya.
Ditanya soal sosok calon Ketua Umum dan Rais Aam itu nantinya sebagai persiapan pemilihan presiden mendatang, Gus Aab mengatakan, dalam kenyataan menyuarakan politik kebangsaan.
“Jadi terkait kepentingan pilpres mendatang. Kita tidak membicarakan secara khusus soal itu. Intinya saat ini, bagaimana kiprah dan langkah NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk kepentingan NU sendiri. Soal Pilpres itu mungkin nanti,” katanya.
“Kita juga punya pedoman perpolitikan dalam NU, yang harus diniatkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegaram kita tentu menyesuaikan dengan aturan dan ketentuan yang berlaku,” pungkasnya.