BANYUWANGI FaktualNews.co – Jelang Maulid Nabi, pengrajin dan penjual kembang telur (kembang endhog) di Banyuwangi cukup laris. Baik yang berjualan di pasar maupun toko sembako.
Kembang endhog merupakan rangkaian bunga mawar dan lainnya, yang gunanya untuk dihiaskan pada telur.
Telur atau endhog yang sudah dihias ini merupakan peralatan atau sarana yang wajib ada dalam tradisi ‘endhog-endhogan’ yang biasa digelar suku osing dan masyarakat lain di Banyuwangi, saat merayakan maulid Nabi.
Salah satu penjual dan juga pengerajin yang berada di Desa Gendoh Kecamatan Sempu, Jumati, mengatakan, hampir setiap tahun menjelang maulid nabi, dia selalu membuat ribuan kembang endhog untuk dijual ke warga.
“Sambil menunggu pelanggan yang membeli baju, saya membuat kembang endhog,” katanya, Senin (18/10/2021).
Selama dua bulan sebelumnya, Jumati sudah menyiapkan ribuan kembang endhog yang siap dijajakan kepada pelanggan tetapnya, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan hasil karyanya itu.
“Rata-rata yang beli ke saya itu adalah para pedagang juga, yang nantinya untuk dijual lagi kepada warga lainnya,” sambungnya.
Ia awalnya sempat ragu membuat kembang endhog, karena khawatir perayaan endhog-endhogan tidak diizinkan pemerintah, karena masih dalam keadaan pandemi.
“Seperti tahun lalu, perayaan endhog-endhogan tidak dibolehkan, sehingga saya sempat rugi. Tapi Alhamdulillah penjualan tahun ini meningkat,” sambung Jumati, yang juga penjual pakaian di Pasar Gendoh itu.
Untuk harganya sendiri bervariasi, menurut Jumati, dipatok mulai harga Rp 30 ribu per seratus biji untuk yang jenis motif biasa hingga Rp 80 ribu per seratus biji untuk jenis motif yang bagus.
“Kita membuat banyak motif. Ada yang biasa saja itu yang murah, dan ada juga motif yang bagus, tergantung pesanan,” pungkasnya.
Kini penjualannya terdongkrak dengan menurunnya status level PPKM di Banyuwangi.