FaktualNews.co – Hari kelahiran Nabi Muhammad atau yang biasa disebut Maulid Nabi, hingga saat ini memang terus ditradisikan di banyak kalangan umat islam di belahan dunia. Setiap bulan robiul awal, sebagian besar umat islam bersuka cita memperingati kelahiran Baginda Nabi, termasuk umat islam di Indonesia.
Lantas, siapakah pionir pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut?
Sebagaimana dilansir dari Republika, mengutip Buku Pintar Agama Islam karya Syamsul Rijal Hamid, Peringatan Maulid Nabi Muhammad pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah. Salahuddin merupakan jenderal dan pejuang Muslim Kurdi yang berasal dari Tikrit, Irak.
Keberaniannya dalam memimpin perang ketika itu dikenal oleh berbagai kalangan, baik kawan atau lawan. Saat itu, Salahuddin sedang berperang menghadapi Pasukan Salib yang berasal dari seluruh Eropa.
Pasukan Salib tersebut dipimpin oleh Richard yang dikenal dengan sebutan Si Hati Singa. Salahuddin kemudian sambil menyiapkan pasukannya menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad SAW.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan perjuangannya dalam membela agama Allah sangat banyak dan perlu diteladani. Terutama, perjuangan saat Rasul dan pasukannya berperang melawan musuh Allah.
Kisah-kisah Rasulullah SAW yang diceritakan terkait dengan perang diikuti olehnya. Peperangan pun tidak bisa dihindari karena adanya perintah Allah SWT untuk membela diri.
Peperangan yang dilakukannya pun sekadar untuk menegakkan agama Allah dan mempertahankan diri. Tujuh perang besar yang diikuti Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan Hunain.
Setelah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Salahuddin menjadikan kegiatan tersebut sebagai sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban untuk menyelamatkan umat Islam. Dampaknya terlihat positif dengan kemenangan Salahuddin.
Ia berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib yang dipimpin oleh Richard. Setelah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad kemudian diselenggarakan pula oleh penguasa Islam di Timur Tengah.
Di antara penguasa lain yang menggelar kegiatan serupa, seperti Malik Muzhaffar Abu Sa’id yang menjadi penguasa di Irbil, Irak.
Hingga kini, tradisi peringatan Maulid Nabi SAW tetap dipertahankan oleh banyak kalangan. Kegiatan tersebut, antara lain, bertujuan untuk membesarkan nama dan meneladani sirahnya.
Ini agar umat Islam memiliki semangat menegakkan agama Allah dan senantiasa mendengungkan nama Allah agar terus mendapatkan rahmat-Nya.