Sosial Budaya

Ojhung, Tradisi Tolak Bala Warga Desa Bugeman Situbondo yang Lestari Hingga Kini

SITUBONDO, FaktualNews.co – Masyarakat di Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupate Situbondo, Jawa Timur menggelar tradisi Ojhung dalam rangka tolak bala, Selasa (2/11/2021).

Tradisi adu sabetan rotan tersebut merupakan budayat warisan leluhur yang masih dilestarikan di desa tersebut. Ada semacam keyakinan yang berkembang di masyarakat setempat, pagelaran Ojhung merupakan ekspresi syukur kepada Tuhan sekaligus permintaan dijauhkan dari malapetaka.

Dalam pagelaran tersebut, alat-alat penyabet dari rotan telah dipersiapkan secara khusus oleh panitia penyelenggara.

Dua pasang lelaki yang berlawanan naik ke panggung secara bergantian dengan bertelanjang dada. Keduanya hanya memakai bawahan, berkopiah dan mengenakan sarung khusus yang telah sediakan oleh penyelenggara.

Dalam setiap sesi Ojhung, dua pemain masing-masing memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing tiga kali.

Sejak keduanya naik ke atas panggung hingga adu cambuk rotan keduanya diakhiri, alunan musik tradisional terus berkumandang menyesuaikan dengan tarian dan gerak dua petarung. Gamelan, gendang dan gong bersautan berirama dan harmoni.

Dalam lomba Ojhung tersebut, para petarung unjuk kebolehan memainkan senjata rotan untuk mencambuk badan lawan.

Dalam lomba ini, setiap petarung diberi kesempatan tiga kali mencambuk badan lawan secara bergantian. Saat bersamaan petarung satunya juga harus pintar menangkis cambukan lawan juga dengan rotan. Siapa cambukannya paling banyak mengenai badan lawan, dialah yang menjadi pemenangnya.

Kepala Desa Bugeman, Udid Yulianto, mengatakan Ojhung menjadi salah satu ritual setiap melaksanakan selamatan desa. Selain itu, lokasi pelaksanaan juga sudah ditentukan, yakni di Dusun Belengguen, Desa Bugeman.

Konon, ritual Ojhung itu menjadi kewajiban selamatan desa atas petuah para pembabat desa, pada abad ke 13 silam. Sehingga menjadi tradisi turun temurun. Bahkan, hingga kini, tradisi lomba ojung tersebut masih dipertahankan.

“Di daerah lain ojhung biasanya menjadi ritual meminta hujan. Namun, di Desa Bugeman tidak sekedar itu, tapi sudah menjadi kewajiban ritual setiap selamatan desa. Sebab, jika tidak dilaksanakan, desa ini diyakini akan rawan bencana,” kata Udid, Selasa (4/11/2021).

Pantauan Faktualnwes.co di lapangan, ritual ojhung dalam rangka selamatan Desa Bugeman ini, cukup menarik perhatian, ribuan warga dari berbagai desa di Situbondo, rela berdesakan untuk menyaksikan setiap petarung yang berlaga dalam lomba Ojhung tersebut.

Bahkan, gelaran ojung tersebut tidak hanya diikuti peserta dari Kendit saja, melainkan juga diikuti dari sejumlah desa di Kabupaten Situbondo. Selain itu, sebagian peserta diketahui berasal dari kabupaten tetangga, yakni, Kabupaten Lumajang, Bondowoso dan Probolinggo.

Sementara itu, Camat Kendit, Situbondo Hj Atin Suryati mengatakan tradisi ojhung ini perlu dilestarikan. Oleh karena itu, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa (Kades) Bugeman, yang telah melestarikan tradisi ojhung ini hingga tiga generasi.

“Tradisi ojhung kalau tidak dilestarikan dipastikan hilang, maka disaat tradisi itu hilang akan menghadapi tragedi. Kami berharap tradisi ojhung ini dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Situbondo,” pungkasnya.