SURABAYA, FaktualNews.co – Seseorang yang bilingual, atau mampu berbicara dengan dua bahasa atau lebih, kerap kali berbicara dengan mencampur aduk bahasa-bahasa yang dikuasainya.
Orang Jawa yang bisa berbahasa Indonesia, sangat lazim terdengar bicara dengan pilihan kata yang bersumber dari dua bahasa tersebut. Demikian juga dengan orang madura, atau generasi milenial yang berbicara dengan mencampur aduk antara kosa kata bahasa Indonesia dengan Inggris.
Mengapa orang-orang bilingual gampang mencampur atau beralih dari satu bahasa ke bahasa lain?
Terkait pertanyaan tersebut, para peneliti telah menemukan bahwa otak menggunakan mekanisme bersama yang membuat penggunaan berbagai bahasa menjadi benar-benar alami.
“Bahasa mungkin berbeda dalam suara apa yang mereka gunakan dan bagaimana mereka mengatur kata-kata untuk membentuk kalimat,” kata penulis utama studi, Sarah Phillips, sebagaimana dilansir Health Day, Jumat (5/11/2021).
“Namun, semua bahasa melibatkan proses menggabungkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran yang kompleks,” kata seorang peneliti yang juga mahasiswa doktoral di Neurolinguistics Lab di New York University di New York City tersebut.
.
Untuk riset ini, tim peneliti mengukur aktivitas otak orang-orang yang berbicara bahasa Inggris dan Korea saat mereka melihat serangkaian pasangan kata dan gambar, dan harus menunjukkan apakah kata dan gambar itu cocok.
Kata-kata tersebut dapat membentuk kalimat dua kata atau hanya kata kerja yang tidak digabungkan menjadi frasa yang bermakna — misalnya, “es mencair” versus “lompatan meleleh.”
Dalam beberapa kasus, kedua kata tersebut berasal dari bahasa yang sama dalam kasus lain, tidak.
Hasil riset mengungkapkan bahwa otak menggunakan mekanisme bersama untuk menggabungkan kata-kata dari satu bahasa dan untuk menggabungkan kata-kata dari dua bahasa yang berbeda.
Mekanisme tidak mendeteksi bahwa bahasa telah beralih, memungkinkan orang bilingual untuk mulus transisi dari satu bahasa ke bahasa lain, menurut temuan yang diterbitkan minggu ini di jurnal eNeuro.
Sekitar 60 juta orang di Amerika Serikat berbicara dua bahasa atau lebih, menurut data Sensus AS, dan banyak orang bilingual mencampur bahasa ketika berbicara satu sama lain.
Meskipun tidak jarang berbicara dua bahasa atau lebih, bagaimana otak menangani sejumlah bahasa tidak dipahami dengan baik.
Menurut penulis studi senior Liina Pylkkänen, direktur NYU Neurolinguistics Lab dan seorang profesor linguistik dan psikologi, “Orang bilingual menunjukkan versi yang menarik dari proses ini — otak mereka dengan mudah menggabungkan kata-kata dari bahasa yang berbeda bersama-sama, seperti ketika menggabungkan kata-kata dari bahasa yang sama.”
Phillips mencatat bahwa penelitian sebelumnya telah memeriksa bagaimana otak kita dapat menafsirkan ekspresi dalam jumlah tak terbatas dalam satu bahasa.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa otak bilingual dapat, dengan sangat mudah, menafsirkan ekspresi kompleks yang mengandung kata-kata dari bahasa yang berbeda,” tambahnya.