Peristiwa

Remaja Probolinggo Juara Lomba Hafal Hadis Nasional, Mewakili Jatim

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Usianya lumayan muda, namun Adsal Taufiqi (21) sudah berprestasi di tingkat nasional.

Pemuda yang tinggal di Jalan Puspa Indah, Perumahan Sumbertaman Indah (STI) Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo ini, juara pertama Lomba Mengahafal Hadis Tingkat Nasional.

Lombanya berlangsung di Maluku Utara, tanggal 14 sampai dengan 23 Oktober 2021. Adsal mengaku ia ikut lomba mewakili Jawa Timur bersama 224 santri lainnya dari berbagai pesantren di Jatim.

Dari ratusan santri perwakilan Jatim, Adsal mewakili Kota Probolinggo dan terdaftar di ajang lomba manghafal Hadis.

Sementara peserta yang lainnya ada yang ikut lomba tilawah dan hafalan Alquran beserta tafsirnya. “Saya ikut lomba menghafal hadis. Alhamdulillah, juara pertama,” katanya sambil tersenyum.

Dikatakan, ada 3 katagori yang dilombakan yakni, tilawah, menghafal Alquran plus tafsir dan hadis, pesertanya santri putra putri.

Untuk lomba menghafal hadis menurut Adsal, pesertanya tidak hanya berbekal hafal dan fasih. Tetapi harus mengetahui juga riwayat hadis atau sanad-nya. “Mulai dari sumber pertama sampai Bukhori dan Muslim,” jelasnya.

Teknis lombanya, peserta diminta melanjukan atau meneruskan hadis yang dibaca dewan juri, baik diawal atau akhir bacaan.

“Jadi juri membacakan sekelumit hadis. Peserta yang melanjutkan. Kadang juri membaca awal hadis, kita diminta melanjutkan sampai akhir. Kalau juri membaca akhir hadis, kita yang membaca dari awal. Ada juga juri yang membaca tengah hadis,” terangnya.

Tak hanya itu, peserta juga diwajibkan menjelaskan riwayat atau sanad, bab dan nomor hadis. Dan kebetulan, anak pertama dari 4 bersaudara ini menjawab seluruh pertanyaan dewan juri, sehingga dinyatakan juara pertama.

“Ke depan kami akan terus belajar untuk terus ikut perlombaan. Kalau perlu tingkat dunia,” katanya bersemangat.

Asad berada di rumahnya tidak lama. Ia akan kembali memperdalam ilmunya di Pesantren Salman alfarizi, Karang Anyar, Jawa Tengah, tempatnya mondok mencari ilmu.

Ia sejak kecil mondok dan saat ini menempuh pelajar di bangku Mahad Aly atau semacam kuliah.

Itulah pula sebabnya, Asad tidak tahu aktivitas Irfan, ayahnya di rumah. Termasuk kegiatan ayahnya yang dianggap sebagai pengikut Islam radikal.

Irfan tercatat sebagai mantan anggota teroris dan pernah menjalani hidup 2 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Kini Irfan bersama teroris lainnya sudah insyaf dan telah bergabung lagi dengan NKRI.

“Enggak, saya tidak tahu soal aktivitas abi (ayah). Dari kecil saya sudah di pondok. Saya tidak tahu soal itu,” tandasnya.

Irfan berterus terang, bangga memiliki putra pintar hingga menjadi juara pertama penghafal hadis. Mantan teroris ini berharap, ilmu yang diperoleh anaknya berguna bagi agama, negara dan bangsa.

Pria berprofesi tukang cukur rambut ini meminta, agar putra pertamanya terus belajar, sehingga tidak terpengaruh dengan aliran yang ada di luar sana.

“Kami akan terus mensupport anak-anak saya untuk terus belajar. Agar pemahaman tentang islam luas dan tidak berhenti di sini saja,” kata Irfan berharap.