FaktualNews.co

Ratusan Warga Dua Desa di Jember Lintasi Sungai dengan Perahu Getek

Peristiwa     Dibaca : 857 kali Penulis:
Ratusan Warga Dua Desa di Jember Lintasi Sungai dengan Perahu Getek
FaktualNews.co/hatta
Sejumlah warga saat melintasi Sungai Mayang menggunakan Perahu Getek.

JEMBER, FaktualNews.co – Ratusan warga di Dusun Bregoh, Desa Sumberejo dan Dusun Ungkalan, Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, sudah sebulan terakhir ini harus menggunakan perahu getek jika melintasi Sungai Mayang yang menghubungkan dua desa tersebut.

Sebab, jembatan yang di atas sungai sepanjang sekitar 100 meter dan berkedalaman sekitar 5 meter, sejak Juli 2021 sedang dalam tahap perbaikan.

Pasalnya jembatan darurat sebelumnya yang dibuat oleh warga, tidak bisa digunakan semestinya karena debit air sungai cukup tinggi dan kondisinya rusak.

Kini, saat melintas sungai, harus membayar jasa perahu getek sebesar Rp 2 ribu, untuk sekali melintas.

Kondisi ini diakui kurang mengenakkan. Itu sebab, kebutuhan jembatan penghubung antar dua desa itu sangat dibutuhkan warga.

Susi Solehatin, warga Dusun Ungkalan, Desa Sabrang, mengaku sering melintasi Sungai Mayang itu menggunakan perahu getek.

“Saya sering lewat sini, karena tidak ada jalan lain. Namun sudah sebulan ini pakai perahu getek. Karena sekitar 3 bulan belakangan, gladak sesek (jembatan darurat dari bambu) rusak, jadi aksesnya diganti pakai getek ini,” kata Susi, Senin (8/11/2022) siang.

Kata Susi, akses jalan melintasi sungai dengan menggunakan perahu getek itu dianggap penting. Karena satu-satunya akses paling cepat bagi dua desa tersebut.

“Kalau semisal lewat jalan lain ada. Tapi harus mutar jauh kurang lebih 15 kilometer, dan harus lewat hutan. Jalur Lintas Selatan sih. Jadi lebih enak lewat sini,” katanya.

“Dulu ada jembatan penghubung, tapi karena masih perbaikan dan belum selesai, jadi lewat sini,” sambungnya.

Ditanya bagaimana perasaanya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2 ribu sekali melintas?

“Iya tidak apa-apa sih, tapi kalau sering lumayan besarnya kalau ditotal. Ya semoga saja perbaikan jembatan itu cepat selesai. Jadi aktivitas kembali normal,” kata wanita berprofesi guru TK ini.

Sementara itu menurut Basori, petugas yang membantu penyeberangan, aktivitas melintasi Sungai Mayang itu dengan menggunakan perahu getek ada sejak sebulan belakangan.

“Sebulanan ini ada perahu getek ini. Sebelumnya ada sesek (jembatan darurat dari bambu itu). Tapi karena musim penghujan, debit air pasang surut. Jembatan gantung (darurat) itu rusak dan tidak bisa digunakan. Akhirnya sementara diganti dengan perahu getek ini,” kata pria yang juga akrab dipanggil Abas ini.

Abas mengaku, setiap warga melintas ada tarikan Rp 2 ribu seikhlasnya. Karena untuk melintasi sungai tersebut menggunakan tenaga manusia, untuk menggerakkan perahu.

“Setiap harinya ada sistem piket, sehari ada 5 petugas. Dari pagi sampai malam hari. Waktunya tidak tentu. Tugasnya membantu melintas sungai ini. Jarak tempuhnya kurang lebih 80 meteran,” jelasnya.

Lebih lanjut Abas mengatakan, dalam sehari ada 300 orang yang melintas menggunakan perahu getek tersebut. Sehingga penghasilan per hari dari adanya perahu getek tersebut, kurang lebih Rp 600 ribu.

“Itu belum termasuk gaji (honor) dari petugas (yang membantu menarik perahu getek). Bersih bisa sampai Rp 250 ribu,” katanya. Nantinya uang itu dipakai untuk kegiatan sosial antar warga.

Untuk melintas, pengguna perahu getek untuk menyebrang adalah pengendara motor. “Mobil tidak bisa. Biasanya yang melintas pengendara motor, membawa hasil pertanian, atau habis mencari rumput untuk pakan ternak. Sekali melintas biasanya 5 – 6 motor,” ujarnya.

“Sebenarnya selain harus menyeberang, ada jalan alternatif. Tapi jarak jauh dan jalanannya becek (licin). Jadi masyarakat lebih memilih lewat sini (melintas sungai menggunakan perahu getek),” sambungnya.

Dari informasi yang dihimpun wartawan, terkait perbaikan jembatan yang dilakukan di wilayah setempat. Sudah dilakukan sejak bulan Juli 2021 kemarin.

Perbaikan itu sudah berlangsung selama kurang lebih 4 bulan.

Jembatan penghubung antar dua desa itu diperbaiki, karena sebelumnya kondisi jembatan model gantung itu kondisinya miring dan berbahaya jika dilintasi warga setempat. Sehingga dilakukan perbaikan jembatan tersebut.

Saat wartawan berusaha meminta konfirmasi dari Kepala Desa Sumberejo yang saat ini dijabat oleh seorang Pelaksana Jabatan (Pj).

Pj Kades Sumberejo Samsuri sedang tidak ada di kantornya. Menurut perangkat desa setempat yang enggan disebutkan namanya, Pj Kades Samsuri sudah pulang lebih dulu.

“Pak Pj Kades sudah pulang sekitar jam 1 siang tadi. Karena rumahnya jauh di sekitar Desa Pontang sana,” ujarnya singkat.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah