Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asyari Tebuireng Jombang Tonjolkan Konsep Rahmatan Lil Alamin
JOMBANG, FaktualNews.co- Resmi dibuka kembali, Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asyari (MINHA) di Tebuireng, Jombang dengan tawaran suguhan yang menonjolkan konsep agama Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Hal demikian diungkapan kurator museum, Bondan dalam konferensi pers pengoperasian kembali MINHA bertepatan di Hari Pahlawan Rabu (10/11/2021) yang mempresentasikan keberagaman budaya Indonesia.
“Konsep yang ditonjolkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam pembawa berkah bagi seluruh alam semesta.Penggambaran Islam oleh kalangan nahdliyin, bagaimana Islam sebagian dari pembentukan bangsa, menghargai keberagaman dan junjung nilai toleransi dan ekspresi kebudayaan di Indonesia,”ungkapnya Rabu (10/11/2021).
Suguhan karya museum tersebut menurut Bondan merupakan kumpulan dari berbagai unsur di seluruh Indonesia terhadap perkembangan Islam.
“Merupakan kolektif memori di Nusantara, ada representasi Islam, bagaimana berkembang, dianut dan diamalkan di seluruh Indonesia dan penggambaran Islam sebagai pembawa berkah rahmat bagi semesta,”jelasnya.
Mengenai koleksi Islam di dalam museum yang diprakarsai Almarhum Gus Sholahuddin ini akan terus diisi dan dilengkapi sebagai kelengkapan narasi yang akan disuguhkan dengan melibatkan interaksi pengunjung.
“Koleksi masih berkembang terus, sampai saat ini trus bertambah. Nanti ada ratusan koleksi sebagai pelengkap narasi. Museum yang bercerita serta interaktif dan pengunjung dilibatkan. Bagaimana adzan disuarakan dari barat hingga timur wilayah Indonesia,”terangnya.
Diektahui bahwa museum ini memiliki luas 4,9 hektar dengan total lahan seluas 12,7 hektar dengan empat lantai, dimana tiga lantai menampilkan koleksi pra sampai pasca kemerdekaan.
Hadir dalam pembukaan kembali MINHA yakni Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat yang terpukau dengan karya yamg disuguhkan dalam musem Islam tersebut dengan berkaca pada negara lain.
“Berbicara impresi, yang saya lihat saat berkeliling, museum ini sudah menggunakan pendekatan naratif. Dalam menampilkan koleksi seperti di negara lain, bendanya sudah bisa bercerita, karena museum yang sesungguhnya itu bercerita, bukan gudang yang menyimpan koleksi,”bebernya.
Lestari berharap agar MINHA tetap ada dan mengalami perkembangan yang pesat guna masyarakat tahu tentang Islam di Indonesia.
“Mudah-mudahan museum ini terus ada dan dapat menambah koleksi lagi yang menggambarkan Islam dari Sabang sampai Merauke.”katanya.
Lestari juga berharap peran serta dari berbagai kalangan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan museum ini.
“Semoga teman-teman bisa mendorong museum ini untuk maju. Karena kalau di negara maju itu museum bisa hidup dengan ditopang oleh civil society. Mulai dari memelihara, menjadi volunter sampai menjadi guide, karena museum ini adalah aset yang berharga bagi kita,”tandas Lestari memungkasi.