FaktualNews.co

Tanggulangi Banjir, Surabaya Fungsikan Drainase Kolonial

Sains     Dibaca : 1107 kali Penulis:
Tanggulangi Banjir, Surabaya Fungsikan Drainase Kolonial
FaktualNews.co/Aris
Teliti penanganan banjir di Surabaya, Yogi Setya Permana temui Camat Asemrowo, Bambang Udi Ukoro untuk menggali data

SURABAYA, Faktualnews.co – Persoalan banjir bukan bencana baru di Surabaya. Tiap tahun, tiap musim penghujan seperti sekarang ini, beberapa titik di Kota Pahlawan kerap digenangi banjir.

Menurut peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Yogi Setya Permana, banyak faktor yang menjadi penyebab banjir. Selain faktor alam seperti perubahan iklim, juga bagaimana peran pemerintah daerah dalam penanggulangan banjir.

Namun, Yogi mengungkap, jika Surabaya lebih mampu menanggulangi bencana banjir yang datang tiap musim penghujan dibanding Semarang.

Fakta yang diungkap Yogi ini berdasarkan hasil salah satu riset yang dilakukannya, yakni membandingan penanganan banjir yang dilakukan Pemkot Surabaya dan Semarang.

Kenapa fokus riset Yogi di dua tempat tersebut? Karena Surabaya dan Semarang mempunyai struktur goegrafi yang sama, bahkan mempunyai penururnan muka tanah yang sama. Juga sama-sama sebagai ibu kota provinsi serta memiliki pelabuhan.

“Banyak kesamaan antara Surabaya dan Semarang. Dan terpenting sama-sama sebagai bekas daerah pusat pemerintahan kolonial. Bahkan untuk Semarang lebih mempunyai infastruktur raksasa untuk pengedalian banjir,” ungkap Yogi.

Nah, bagaimana cara pemerintah kedua kota itu menangani bencana, Yogi yang tengah mempuh Program Kuliah S3 di Universitas Leiden KITLV (Royal Netherland Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) tersebut mencoba melakukan riset tentang penanggulangan bencana, khususnya banjir.

“Kami ingin mendapatkan gambaran sejauh mana, dan apa yang sudah di lakukan oleh pemerintah untuk merespons perubahan iklim berkaitan dengan bencana, contohnya banjir,” ujar Yogi yang juga berkerja di Pusat Riset Politik BRIN ini.

Dari data yang didapat Yogi dari kurun waktu 2008-2021, ternyata Surabaya lebih mampu menanggulangi banjir dibanding Semarang. Tentu saja ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pembangunan tata kota.

”Keberhasilan ini erat dengan pilihan kebijakan yang diambil otoritas setempat. Bagaimana penanganan banjir ini bisa merata, bukan memberikan solusi pada satu tempat. Namun berdampak ke daerah lain yang tingkat perekonomiannya lebih rendah,” papar Yogi.

Dari hasil wawancara dengan mendatangi berbagai pihak, di antaranya pihak pemerintah, mantan pengambil kebijakan, serta berbagai kalangan, Yogi menemukan beberapa poin yang akan masih terus dijajaki.

Secara teknokrasi, masih menurut Yogi, Surabaya mempunyai keunggulan. Yakni memiliki Surabaya Drainase Master Plain (SDMP), sehingga setiap tahun mempunyai perencanaan: mana drainase yang harus ditambah, perbaikan, dan dirawat.

“Seperti pembangunan stasiun pompa, pintu air. Bahkan setiap rumah pompa dijaga 24 jam, tidak seperti di daerah lain,” ungkap Yogi.

Sedangkan untuk penanganan banjir yang berada di pusat kota, Yogi menegaskan, bahwa ternyata Surabaya masih menggunakan sistem drainase yang dibangun pada zaman kolonial.

Drainase ini sudah dirancang oleh insinyur Belanda, yang mendesain Surabaya sebagai daerah tahan banjir seperti memangun Pintu Air Jagir, dan sudetan Kalimas.

Yogi juga mengungkap, tatkala ia mewawancarai salah satu mantan wali kota secara virtual mengutarakan, bila pada eranya memimpin, dirinya merefitalisasi drainase kolonial untuk penanggulangan banjir. Karena selain lebih cepat, juga biaya yang dikelurkana tidak besar.

Selain itu Yogi menandaskan bahwa pada masa kolonial, dalam pembangunan kawasan perkampungan, selalu memperhatikan masalah drainase.

“Ruang tata kota juga menjadi kunci agar tidak terjadi banjir, sehingga badan perencanaan pembangunan kota harus mempunyai parameter ruang yang harus dipenuhi,” tambah Yogi.

Tidak kalah pentingnya, yakni rasa memiliki kota pada masyarakat yang menjadi ujung tombak agar kota tersebut terbebas dari banjir. “Dengan kepedulian masyarakat ini, sehingga pemerintah akan lebih mudah membangun kota,” tandas Yogi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh