Tradisi Seks Aneh di Kamboja, Anak Gadis Boleh Bercinta dengan Pacarnya di Gubuk Cinta
KAMBOJA, FaktualNews.co – Suku Kreung di Kamboja memiliki tradisi seks yang tak biasa. Para orangtua di suku ini membangun ‘gubuk cinta’ untuk gadis remaja berusia sembilan hingga 13 tahun.
Setiap malam, laki-laki diizinkan datang ke pondok untuk memikat anak perempuan itu. Bahkan mereka diizinkan berhubungan seks dalam gubuk tersebut.
Setelah berhubungan dengan beberapa laki-laki, barulah perempuan bisa memilih siapa yang ia inginkan menjadi pasangannya.
Tradisi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi remaja putri untuk belajar bertanggung jawab dan berhati-hati dalam urusan seks.
Sang ayah akan membangunkan gubuk berbahan bambu, yang terpisah dari rumah keluarga sehingga anak gadis bisa bersosialisasi dan
Setiap harinya mereka akan dikunjungi pacar-pacarnya. Meskipun adat di sana memperbolehkan melakukan hubungan seks sebelum menikah, namun suku Kreung juga memiliki aturan. Aturan itu yakni mereka hanya boleh melakukan hubungan seks dengan orang yang mereka cintai pada saat itu.
Suku Kreung menanamkan pesan jika seks sebelum menikah dapat diterima. Ketika anak gadis berusaha menemukan pria yang tepat untuk dinikahi. Mereka mengundang anak laki-laki yang diinginkan ke gubuk cinta untuk melakukan seks atau hanya berbicara tentang seks.
Biasanya anak laki-laki tidak agresif karena mereka telah diajari bahwa perilaku hormat mereka terhadap anak perempuan akan memengaruhi keturunan keluarga mereka dan mereka menganggap tradisi ini dengan serius.
Lalu anak perempuan diajarkan mengambil tindakan dalam tradisi tersebut. Gadis Suku Kreung menegaskan tradisi seksual dilakukan secara mandiri, serta mendapatkan persetujuan dan kepercayaan orang tua mereka dalam mengambil keputusan mereka.
Dan mengklaim bahwa pondok cinta memberikan mereka kesempatan untuk mencari tahu pria mana yang mereka ingin nikahi.
Dalam budaya ini perceraian tidak pernah terdengar, begitupun kata ‘pelacur’ sama sekali tidak dikenal di kalangan Suku Kreung.
Para gadis perawan dapat memiliki banyak pacar sekaligus di gubuk mereka dan tidak ada perkelahiaan atau kecemburuan jika dia akhirnya hanya memilih satu anak laki-laki dari sekian banyak pilihan.
Kekerasan seksual pun jarang terjadi dan pemerkosaan tidak ada. Tentu, kehamilan yang tidak diinginkan terjadi, tetapi biasanya pelamar yang dipilih gadis itu akan membesarkan anak itu seperti anak mereka sendiri.
Anehnya tradisi ini maju dan memercayai wanita remaja untuk membuat keputusan sendiri tentang kesehatan seksual dan kehidupan romantis mereka.
Tradisi ini perlahan menghilang karena minoritas menjadi terekspos pada modernisasi dan budaya khmer, di mana seks pranikah tidak terhormat.
Menurut sebuah artikel oleh Phnom Penh Post pada Maret 2014, cara keluarga Kreung membangun rumah mereka juga berubah seiring maskyarakat menjadi lebih kaya.
Secara tradisional, rumah mereka terbuat dari bambu kecil dan tidak tahan lama pada saat musin hujan tiba. Namun sekarang beberapa desa membangun rumah mereka dari kayu atau batu bata yang tahan lebih lama ketimbang bamboo. Sehingga mereka lebih suka menempatkan semua kamar tidur di dalam satu rumah untuk anak perempuan mereka.
Tradisi ini sudah dihentikan sejak 2003, lantaran ada perempuan yang mendapat aktivitas seksual yang agresif dari pria yang mendatanginya.