Peristiwa

Menuju Prototype NU Kota, Isu Utama Garapan PCNU Surabaya di Muskercab

SURABAYA, FaktualNews.co – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya menggelar Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) I bertema “Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas” di Hotel Tunjungan, Surabaya, Minggu (21/11/2021).

Muskercab dibuka Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj secara virtual dan dihadiri Steering Committee (SC) Muktamar ke 34 NU, M Nuh; Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi; Kapolrestabes Kombes Akhmad Yusep Gunawan; sejumlah pimpinan DPRD Surabaya; mustasyirin, serta badan otonom (Banom).

Ketua PCNU Surabaya, KH Muhibbin Zuhri menuturkan, Muskercab digelar untuk menyusun dan mencanangkan khidmat-khidmat NU di Kota Pahlawan demi meningkatkan kemanfaatan dan melaksanakan amanat semuanya.

Muhibbin bahkan sudah membuat road map kepengurusan PCNU Surabaya berjudul “Menuju Prototipe NU Kota”. Terlebih sejak enam tahun lalu, PCNU Surabaya sudah bersepakat ingin menjadikan NU kompatibel dengan kehidupan kota, metropolitan, bahan kosmopolitan.

“Kita ingin memberikan kontribusi hari ini, supaya kita memiliki prototype NU kota. Dan dari Surabaya, insyaallah kita akan perjuangan itu menjadi aspirasi di dalam muktamar ke-34 NU,” kata Muhibbin.

“Mudah-mudahan diizinkan oleh Allah, dan para pimpinan kita semuanya memiliki respons yang sama untuk menanggapi keinginan NU di Surabaya ini,” sambungnya.

Dalam road map tersebut, ada tiga hal yang ditekankan. Pertama, PCNU Surabaya ingin untuk menuju pada prototype kota itu yakni dengan memperkuat basis.

“Memang kita ada basis yang tidak boleh ditinggalkan. Harus terus kita rawat, meskipun kita harus terus berinovasi dan untuk mencurahkan pemikiran dalam kreativitas ikhtiar kita menjadi NU kota,” katanya.

Basis NU Surabaya, jelas Muhibbin, yakni 3M: masjid/mushala, masdrasah, dan majelis. “Kepada seluruh pimpinan NU dan badan otonom agar merawat ketiga basis kultural kita ini,” pintanya.

Tangkal Idiologi Radikal 

Masjid yang sejak awal didirikan dengan tradisi NU, diharapkan tidak berubah menjadi amaliyah lain. Karena itu, anak muda NU harus rajin menjaga masjidnya agar tidak menjadi sarang Salafis, dan bahkan mengembangkan ideologi-ideologi radikal.

Kemudian, madrasah. Muhibbin menginginkan sinergi dengan pemerintah agar ada kebijakan peningkatan kualitas pada madrasah. Demikian pula dengan majelis sebagai salah satu konsolidasi kultural untuk menyampaikan cara beragama yang benar.

“Kalau semua itu sudah kita rawat yang baik, kita melangkah yang kedua yakni hadir di tengah-tengah masyarakat. Hadir bukan berarti secara fisik, tapi hadir menjawab kebutuhan masyarakat,” tandasnya.

Sedangkan penekanan yang ketiga, yakni dakwah berbasis komunitas. Karena sementara ini, jelas Muhibbin, dakwah masih berbasis wilayah pemerintahan. Sedangkan kota telah berkembang pesat.

“Masyarakat tidak hanya berkumpul berdasarkan kewilayahan tradisional. Tren adanya vertical houses, apartemen dan pemukiman kawasan baru menjadi tantangan tersendiri,” pungkasnya.