FaktualNews.co

Ngeri, Suku di Papua Ini Punya Tradisi Potong Jari Saat Keluarganya Meninggal

Sosial Budaya     Dibaca : 1419 kali Penulis:
Ngeri, Suku di Papua Ini Punya Tradisi Potong Jari Saat Keluarganya Meninggal
FaktualNews/Mufid/
Salah satu warga Suku Dani dengan jari terpotong | Sumber: grid.id

FaktualNews.co – Suku Dani di Lembah Baliem, Papua memiliki tradisi yang menarik. Tradisi tersebut yakni tradisi potong jari atau yang disebut Iki Palek.

Bagi orang-orang awam tentunya tradisi ini terlihat mengerikan, tetapi bagi Suku Dani memiliki makna yang sangat mendalam. Potong jari tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kesetiaan dan rasa kehilangan yang mendalam terhadap anggota keluarga yang telah meninggal.

Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id, Suku Dani sendiri merupakan suku yang mendiami Lembah Baliem di ketinggian sekitar 1.600 mdpl, dan terletak pada zona stratigrafi gugusan pegunungan tengah Irian Jaya, sebagai hasil dari fenomena proses geologi.

Penduduknya berprofesi sebagai petani dan diketahui telah memiliki teknologi penggunaan kapak batu, pisau tulang belulang, bambu, dan tombak saat Suku Dani ditemukan.

Keberadaan Suku Dani diketahui dari berbagai penelitian yang dilakukan sekitar tahun 1900-1940. Barulah pada tahun 1983 seorang bernama Richard Archbold pemimpin sebuah ekspedisi, bersentuhan langsung dengan Suku Dani.

Selain tradisi atas rasa syukur kelahiran, Suku Dani juga memiliki tradisi untuk anggota keluarga yang meninggal yakni Iki Palek atau pemotongan jari.

Jari yang dipotong menandakan jumlah anggota keluarga yang meninggal. Diketahui bahwa sebagian besar yang melakukan tradisi tersebut adalah wanita, tetapi pria juga melakukan untuk menunjukkan rasa kesedihan. Pria menunjukkannya dengan memotong kulit telinga.

Suku Dani | Sumber: Phinemo.com

Bagi Suku Dani, jari diangggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Selain itu, juga menjadi lambang hidup bersama satu keluarga, marga, rumah, suku, nenek moyang, bahasa, sejarah, dan satu asal atau biasa disebut dengan “wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”.

Prosesi yang dijalankan pun cukup mengerikan. Para wanita akan memotong jari mereka dengan menggigit sampai jari putus. Terkadang dilakukan dengan kapak atau pisau.

Untuk mengurangi darah yang keluar, jari akan dililit dengan benang. Mereka mengikat jari dengan benang sampai aliran darah berhenti dan jari menjadi mati rasa kemudian baru dipotong.

Kemudian bagi laki-laki, mereka memotong daun telinga menggunakan bilah bambu yang tajam. Tradisi memotong daun telinga disebut dengan tradisi Nasu Palek. Apabila tidak bisa melakukannya sendiri makan akan dibantu oleh kerabat dan tidak ada upacara khusus.

Asalkan jari sudah terputus maka tradisi Iki Palek telah terlaksana. Luka akan dibalut dengan daun dan diperkirakan satu bulan kemudian luka akan mengering serta menjadi sembuh.

Jika yang meninggal adalah orang tua maka dua ruas jari yang dipotong. Apabila sanak saudara maka hanya satu ruas jari yang dipotong. Sebelum dipotong, mereka yang jarinya akan dipotong membaca mantra.

Sikap taat dan menghormati leluhur dan rasa cinta, kebersamaan terhadap orang terdekat yang dimiliki Suku Dani, membuat mereka rela merasakan sakit yang luar biasa melalui prosesi tersebut. Harapan dengan memotong jari tersebut juga agar mereka bisa melupakan kesedihan dengan segera.

Selain pemotongan jari, Suku Dani juga melakukan mandi lumpur. Itu dilakukan sebagai arti bahwa semua yang hidup juga akan kembali ke tanah.

Prosesi Iki Palek sendiri sudah jarang dilakukan oleh Suku Dani walaupun masih lestari dan tentunya kalian akan menemukan banyak ibu-ibu dengan jari yang sudah tidak utuh lagi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid
Sumber
goodnewsfromindonesia.id