Ingin Sukses Bisnis Koi? Simak Tips dari Pemilik Putro Koi Fish Center Ini
Surabaya, FaktualNews.co – Bisnis ikan koi tetap stabil meski di musim pandemi Covid-19. Bahkan tak jarang para breeder alias peternak, sukses mengekspor ikan-ikannya ke luar negeri dalam jumlah banyak. Tentu dengan catatan.
Lantas apa tips sukses bisnis ikan yang dalam bahasa Jepangnya disebut ikan karper tersebut? Peternak kawakan asal Sidoarjo, Adi Saputra alias Cak Gendut tanpa ragu membanginya kepada ‘pemain-pemain’ baru di Jatim.
Menurut pemilik Putro Koi Fish Center, Jalan Kemantren, Tulangan ini, asal para pedagang tidak ngawur, bisnis ikan koi akan untung. Tapi kalau hanya mengejar finasialnya saja, ya buntung!
“Ikan koi, ke depan saya rasa stabil. Cuma kadang, orang (breeder) itu banyak menyamaratakan, tidak tahu kualitas, karena banyak pedagang yang ngawur!” terang Adi kepada FaktualNews.co, Senin (29/11/2021).
Untuk itu, lanjut breeder yang memulai bisnisnya dari hobi di 2005 ini, kualitas ikan koi harus tetap dijaga. “Kalau kita menjaga kualitas tetep jalan saja. Banyak (jenis koi) yang disukailah kalau jaga kualitas, jaga kesehatan ikan, jaga kepercayaan konsumen,” tuturnya.
Kemudian, masih kata Adi, memelihara ikan koi harus melihatnya dari sisi hobi. “Jangan melihat dari sisi finansialnya. Kalau kita melihat dari sisi hati, dari hobi, tidak bakal sakit hati. Tapi kalau (sejak awal) sudah didasari bisnis, kita pasti sakit hati karena gampang bosan,” tandas breeder yang akrab disapa cak Gendut itu.
Memang, Adi kembali menandaskan, meski memulainya dengan hobi, tetap ada suka-dukanya memelihara ikan koi. “Sukanya, dari kesukaan, dari hobi timbul rezeki, gitu,” selorohnya.
Sementara dukanya, adalah ketika musim pancaroba tiba. Karena gara-gara cuaca ekstrem, ikan-ikan koi bisa mati. “Dukanya, kalau pergantian cuaca, cuaca ekstrem, atau pun kalau bisa menjaga kesehatan ikan ya suka terus. Kalau gak bisa ya ada dukanya,” katanya.
Makanya, Adi berpesan kepada para breeder atau penjual-penjual baru, jika ingin ‘bermain’ ikan koi jangan melihat sisi untung-rugi tapi mulailah dari hobi.
“Pemain-pemain baru, seller-seller baru itu kebanyakan dilihat dari sisi bisnisnya, sering posting di media sosial (medsos) ngomongnya grade A, grade A plus, tapi jadi orang, berpikirnya tertipu (karena ternyata tidak sesuai dengan yang diiklankan,” ungkapnya.
Sementara pemain-pemain kawakan, kata Adi, jarang atau bahkan tidak pernah mau memposting ikan-ikannya ke media sosial karena ingin tetap menjaga kualitas dan kepercayaan konsumennya. “Kalau ada pembeli ya datang langsung ke tempatnya,” tandas peternak ikan yang memulai bisnis koinya pada 2012 silam ini.
Sedangkan terkait tips mudah bisa ekspor tanpa kendala? Adi menuturkan, asal memiliki izin resmi dari Dinas Peternakan dan Perikanan, semuanya akan mudah dijalankan.
“Kalau seller-nya tidak resmi, itu yang susah, kalau resmi insyaallah banyak jalan, banyak yang bantu. Pemilihan bibit, juga harus selektif tidak sembrono milihnya,” katanya.
Seller resmi, tandas Adi, biasanya terdaftar di Dinas Perikanan, atau paling tidak punya surat yang resmi bukan hanya main di medsos saja. “Contolah teman-teman Blitar, Tulungagung, Kediri, sudah banyak (yang sukses ekspor ikan koi),” pungkasnya. Ozi