Target Zero Emision! PJB Rangkul Pertamina NRE Kembangkan Green Hydrogen
Surabaya, FaktualNews.co – PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) jajaki kerja sama PT Pertamina Power Indonesia — subholding Power dan NRE (Pertamina NRE) – dalam pengelolaan infrastruktur ketenagalistrikan, termasuk potensi penyediaan energi bersih.
Keduanya pun melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan oleh Direktur Utama PJB Gong, Matua Hasibuan dan Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro.
“Kami ingin menjadi bagian dalam pengembangan dan implementasi energi baru terbarukan di Indonesia,” kata Gong Matua usai penantdatangan Mou, Rabu (8/12/2021).
“Kami tidak bisa sendirian, untuk itu dengan berkolaborasi dengan Pertamina NRE adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya,” sambungnya.
Gong Matua kemudian memaparkan, peluang yang hadir melalui kerja sama strategis tersebut, salah satunya sinergi pengembangan bisnis pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik. Terutama yang ada di internal Pertamina seperti kilang.
“Peluang lainnya adalah sinergi dalam proyek-proyek penyediaan energi bersih baik di dalam maupun luar negeri seperti pengembangan green hydrogen,” katanya.
Di bidang pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik, yakin Gong Matua, kompetensi PJB sudah tidak diragukan lagi. “PJB berpengalaman mengoperasikan lebih dari 20.000 MW,” katanya yakin.
Hal itu terbukti dari keberhasilan PJB meningkatkan kinerja performa pembangkit FTP-1 (PLTU Tanjung Awar-awar, PLTU Pacitan, PLTU Paiton 9, PLTU Indramayu, dan PLTU Rembang), hingga masuk Top 10 persen NERC.
Sedangkan dari potensi penyediaan energi bersih, saat ini Pertamina NRE melalui anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), sedang melakukan pilot project pengembangan green hydrogen di wilayah kerja geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kilogram perhari.
Dalam jangka panjang, Gong Matua menandaskan, ditargetkan produksi green hydrogen dari seluruh wilayah kerja geothermal mencapai 8.600 kilogram perhari. Green hydrogen sendiri adalah hydrogen yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti tenaga surya ataupun tenaga bayu.
Potensi pemanfaatan PLTA yang dimiliki PLN dan afiliasinya mencapai sekitar 2,7 GW yang tersebar di Sumatera sebesar 1,1 GW, Jawa 1,3 GW, dan Sulawesi 0,34 GW. Total kapasitas terpasang tersebut kurang lebih setara dengan 0,2 juta ton pertahun hydrogen.
Sementara, tren permintaan domestik terhadap hydrogen bersih pada 2040 mendatang, diproyeksikan mencapai 17 juta ton pertahun. Permintaan tersebut datang dari sektor pengolahan minyak, kimia, transportasi, maupun pembangkit listrik.
Pertamina dan PLN sama-sama mendukung transisi energi serta penurunan emisi karbon di Indonesia. Pertamina berkomitmen penuh untuk meningkatkan portofolio energi bersihnya hingga 17 persen serta mengintegrasikan aspek environment, social, and governance (ESG) ke dalam praktek bisnisnya.
“Sedangkan komitmen PLN terwujud dalam Rencana Umum Pembangkit Tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030 dengan menggenjot pengembangan pembangkit EBT sebesar 1,1 GW,” tandas Gong Matua.
Sementara Dannif menambahkan, kerja sama ini tidak hanya di bidang pembangkit ketenagalistrikan saja, tapi juga di bidang lainnya di wilayah yang disepakati. “Banyak sekali peluang pengembangan EBT di Indonesia,” kata Dannif.
Tantangan yang besar dalam memenuhi target energi dan zero emisi di 2060, tegas Dannif, menjadikan kerja sama ini tidak mudah. “Pertamina NRE siap bersinergi dengan berbagai pihak. Dalam hal ini kami sangat antusias untuk berkolaborasi dengan PJB,” ujarnya. Ozi