Klompen, Sandal Legendaris yang Bertahan di Tengah Gempuran Industri Modern
Surabaya, FaktulNews.co – Di tengah gempuran industri modern, sandal kayu alias klompen tak lekang oleh zaman. Meski sudah berganti-ganti era sejak zaman penjajahan, klompen masih bertahan hingga kini.
Klompen, biasanya digemari kalangan muslim atau santri saat pergi shalat ke masjid atau mushola.
Meski peminatnya sudah tak begitu banyak, sandal legendaris yang juga biasa disebut bekiak itu masih diproduksi para pengrajin.
Pengarjin bekiak, Imam Ghozali (47), warga Jalan Panggung Pabean, Surabaya, misalnya. Sudah 27 tahun sejak 1994, ia masih eksis membuat bekiak lalu menjualnya ke pasar atau keliling kampung. Tapi lebih sering menggelar dagangannya di teras rumah warga sekitar Jalan Panggung.
Imam mengaku, sejak pandemi Covid-19, permintaan klompen terus menurun. Dagangannya pun berangsur sepi peminat. “Permintaan saat ini terus menurun, jadinya pendapatan agak berkurang” keluh Imam ditemui di lapaknya, Kamis (9/12/2021).
Memang, diakui Imam, sekarang zaman sudah modern. Banyak sandal-sandal produksi home industri maupun pabrikan jauh lebih keren dibanding klompen yang rata-rata peminatnya orang tua.
“(Klompen) peminatnya hanya kalangan tertentu, itu pun yang suka sama sandal klompen. Saya jual dengan harga murah, mulai Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu, tergantung model,” katanya.
Senada, H Bajuri (60), warga Jalan Pasar Pogot juga mengaku kalau peminat klompen sudah mulai langka saat ini. “Peminat (klompen) jarang sekali, jualan baru habis kalau sudah setahun lebih,” kata Bajuri. Ozi