FaktualNews.co

Nikmatnya Kuliner Malam Lontong Sayur Legendaris di Jember, Buka Sejak 1980

Kuliner     Dibaca : 2112 kali Penulis:
Nikmatnya Kuliner Malam Lontong Sayur Legendaris di Jember, Buka Sejak 1980
FaktualNews.co/hatta
Warung Lontong Sayur Bu Pur yang legendaris di Jember.

JEMBER, FaktualNews.co – Lontong Sayur Bu Pur, menurut si penjual dan pemilik warung, adalah makanan khas merakyat yang sudah berumur 30 tahun lebih. Pasalnya warung Lontong Sayur itu buka sejak 1980-an.

Membuka lapak di Jalan Kalimantan, Kecamatan Sumbersari, Jember, seberang jalan Gedung PKM Unej. Warung Lontong Sayur Bu Pur memiliki cita rasa tersendiri, dan rasa yang tak pernah berubah sejak berpuluh-puluh tahun berdiri.

Selain itu, Warung Lontong Sayur Bu Pur ini selalu diburu pembeli khususnya pelajar dan mahasiswa. Karena rasanya yang enak dan harganya yang ramah di kantong.

Menurut Auliana anak pemilik warung Bu Pur itu, lontong sayur itu awalnya buka sekitar tahun 1980 yang dilayani sendiri oleh ibu dan bapaknya.

Sebagai warung PKL legendaris yang ada di Kabupaten Jember.

“Nama Bu Pur itu ya nama ibu saya sendiri. Nama panggilan. Nama aslinya Sunariyah, tapi akrab dipanggil Bu Pur. Makanya warung Lontong Sayur ini namanya warung Bu Pur,” kata wanita yang akrab dipanggil Lia ini disela kegiatannya melayani pembeli, Sabtu (11/12/2021) malam.

Lia mengatakan, warung yang dikelolanya itu masuk kategori kuliner malam. Karena buka hanya saat malam hari saja.

“Bukanya warung mukai dari persiapan, dan meracik bahan-bahan makanan Lontong Sayur itu dari pukul 5 sore, dan sampai malam. Pokok dagangan habis semua, ya tutup. Umumnya sih jam 10 malam sudah tutup,” jelasnya.

Untuk penyajian Lontong Sayur olahannya, tidak ubahnya kuliner sejenis pada umumnya. Namun racikan petis hitam dan kuah kari ayam olahannya yang memiliki cita rasa khas.

“Katanya orang-orang sih rasanya enak, Alhamdulillah. Kalau menunya semua serba lontong. Ada Lontong Sayur Telur, Lontong Kari Ayam, Tahu Lontong,” sebutnya.

Untuk harga per porsi menu yang disajikan, katanya, semua Rp 12 ribu.

“Kecuali menu komplit, Lontong Sayur lengkap, Satu butir telur, dan satu potong daging ayam. Harganya Rp 18 ribu,” ujarnya.

Lia menambahkan, meskipum warung Bu Pur itu kini dikelolanya bersama dengan kakak perempuan dan suaminya. Sang legenda Bu Pur ibunya, juga masih ikut melayani pembeli.

“Tapi karena tangan ibu sakit, jadi jarang ikut jualan. Tapi kalau sudah gak sakit ya jualan juga di warung. Semua bumbunya diuleg, jadi rasanya khas. Kita anak-anaknya meneruskan usaha ini, karena eman-eman sudah memberikan rejeki cukup. Ibu umur 58 tahun, kita kasihan kalau ibu jualan sendiri. Jadi kita bantu. Bapak juga ikut bantu kok,” ujarnya.

Untuk bahan mentah dari Lontong Sayur Bu Pur, setiap harinya bahan-bahan makanan itu disiapkan setiap hari.

“Lontong 24 Kg, ayam 15 Kg, telur 12 Kg, sayur wortel, kecambah, tempe, tahu bumbu kacang dicampur petis hitam, juga lombok. Per hari kira-kira bisa 100 porsi. Alhamdulillah tiap hari habis. Tapi saat pandemi kemarin kan sepi itu, anak-anak mahasiswa juga banyak yang pulang. Sempat sepi dan rugi. Tapi sekarang Alhamdulillah mulai normal,” ujarnya.

Salah seorang pembeli Hendra warga Perumnas Kecamatan Patrang, mengaku sudah tahunan menjadi pelangga setia warung Lontong Sayur Bu Pur. Bahkan dirinya sudah sering beli Lontong Sayur favoritnya itu sejak masih remaja.

“Warung Lontong Sayur Bu Pur ini sudah puluhan tahun. Wong saya beli di sini sejak masih SMA masih bujang, sampai sekarang saya sudah punya anak dua,” kata Hendra.

Pria yang kini bekerja sebagai guru honorer itu juga membenarkan, Lontong Sayur Bu Pur adalah Favorit mahasiswa.

“Karena tempatnya asyik di pinggir jalan. Harganya terjangkau dan ramah di kantong. Rasanya juga enak. Kan disekitar sini banyak angkringan juga tempat nongkrong, jadi kalau lapar ya beli Lontong Sayur ini,” ujarnya.

“Kapan hari teman saya mahasiswa Unej, dari Jakarta, mampir ke Jember juga makan di sini. Kangen katanya suasana waktu masih kuliah,” imbuhnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah