SURABAYA, FaktualNews.co – Jelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung yang akan digelar 23-25 Desember 2021, persaingan antara KH Said Aqil Sirodj versus KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sangat mengkahawatirkan tokoh-tokoh muda NU.
Menurut salah satu tokoh muda NU di Jatim, Ayok Zakaria persaingan keduanya berpotensi memunculkan pertentangan tajam dan menyeretnya ke ranah politis.
“Akan ada dua magnet besar yang saling menarik, dikhawatirkan mengganggu marwah NU,” nilai Ayok yang juga anggota IKA PMII Jatim, Jumat (17/12/2021).
Ayok kemudian memaparkan analisanya. Bahkan gamblang menyebut, jika pihaknya mencium ‘aroma’ Partai Kebangkitan Bangsa (BKB) di balik persaingan Kiai Said dan Gus Yahya.
“Jika nantinya pilihan ketua PBNU dibawa oleh kelompok Muhaimin Iskandar banyak yang mengatakan akan menjadi PKB sentris,” terangnya.
Akhirnya, lanjut Ayok, mereduksi gagasan-gagasan besar NU yang dianggap mementingkan PKB saja. “Padahal, namanya NU yang memayungi seluruh masyarakat warga NU,” tegasnya.
Sementara di sisi lain, bukan berarti tidak punya magnet politik. “Jangan sampai NU terseret di dalamnya. Sehinga, menurut Ayok, perlu sosok yang memiliki pondasi kuat untuk menjaga NU,” katanya.
Calon Alternatif
Oleh karena itu, beberapa tokoh muda NU mulai melirik calon alternatif yang dianggap bisa menjadi penengah, yakni KH Asad Said Ali yang dianggap sosok yang cocok memimpin PBNU.
“Untuk mengeliminir pertentangan tajam antara kelompok Pak Said dan kelompok Gus Yahya, saya kira perlu calon alternatif. Kiai Asad Said Ali adalah tokoh yang cocok. Beliau pantas tampil di tengah,” tegasnya.
Kiai Asad memiliki mentalitas kepemimpinan yang teruji, sehingga diharapkan bisa menjaga marwah NU sebagai payung besar bagi seluruh masyakat.
Dirinya dianggap sebagai figur pemimpin yang bekerja dalam diam, juga salah satu sosok motor penggerak oraganisasi NU saat ini.
“Beliau bekerja tetapi tidak mau diekspos pada publik. Salah satu hasilnya adalah PKP (Pendidikan Kader Penggerak) NU, yang bisa dirasakan sampai sekarang,” terangnya.
Sosok mantan wakil kepala Badan Intelejen Negara (BIN) ini, masih kata Ayok, dianggap bisa ‘menjahit’ seluruh anggota NU se-Indonesia.
“Kami mewakili anak muda NU melihatnya seperti itu. Beliau berani berkorban untuk membesarkan NU,” tegasnya.