Politik

Jelang Muktamar ke-34 NU, Gus Yahya: Tidak Ada Capres-Cawapres dari PBNU!

JAKARTA, FaktualNews.co – Demi mengembalikan marwah Nahdlatul Ulama (NU), Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menegaskan, tidak ada calon presiden atau wakil presiden dari ormas keagamaan terbesar di Tanah Air ini pada Pemilu 2024.

“Saya tidak mau ada calon presiden dan wakil presiden dari PBNU! Mari istrahat dulu, mari sembuhkan dulu luka-luka dan mengutuhkan kembali polarisasi yang sudah terjadi,” tegas Gus Yahya, dikutip dari Antara, Senin (20/12/2021).

Gus Yahya yang juga kandidat Ketum PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, 22-23 Desember 2021 ini juga menegaskan, yang perlu dilakukan saat ini adalah mengembalikan marwah NU dengan cita-cita peradaban yang mulia bagi seluruh umat manusia.

“Salah satu cara memperjuangkan adalah kemaslahatan Indonesia. Mari kita gunakan cara berpikir Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) atau dengan mengutamakan kepentingan bangsa. Beliau tidak pernah peduli dengan kepentingan sendiri atau kelompok,” tegasnya.

Memang, diakui Gus Yahya, ia  tidak menyangkal jika ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan PBNU untuk kepentingan pribadi hingga kepentingan politik.

Namun, ia tidak mau negative thinking terhadap berbagai kepentingan itu karena itu hal wajar. “Setiap orang punya kepentingan, tetapi bagaimana saya ajak untuk mengejar kepentingan masing-masing melalui cara untuk membawa maslahat untuk semua orang,” jelasnya.

Yang perlu dilakukan adalah, masih kata Gus Yahya, mencari cara agar berbagai macam kepentingan itu dapat terlayani dan di sisi lain, kemuliaan yang di cita-citakan juga tercapai dan terlayani dengan baik.

Ia pun menyebut salah satu alasannya maju sebagai Ketum PBNU, yakni untuk menghidupkan kembali idealisme, visi, dan cita-cita Gus Dur.

“Alasan mencalonkan sebagai ketua umum PBNU merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali Gus Dur,” ungkapnya.

Karena menurutnya, idealisme, visi, dan cita-cita Gus Dur masih relevan sampai sekarang. “Secara sosiologis, hal itu tetap relevan hingga puluhan tahun yang akan datang,” tandasnya.