SIDOARJO, FaktualNews.co – Buku bertajuk “Ibu” Khofifah Indar Parawansa resmi diluncurkan bertepatan Peringatan Hari Ibu 22 Desember. Peluncuran buku tersebut dikemas dengan talk show dan bedah buku yang digelar di Kedai Djengsrie Jalan Mangonsidi Kecamatan Kota Sidoarjo, Rabu (22/12/2021).
Acara beda buku hingga tengah malam itu dihadiri puluhan peserta kaum milenial dan menghadirkan dua narasumber yaitu Fatimatuz Zahra yang merupakan seorang jurnalis dan Trisnadi Marjan, seorang fotografer. Kedua narsum itu merupakan inisiator sekaligus penulis buku tersebut.
Trisnadi mengungkapkan buku setebal 207 lembar itu berhasil dibukukan setelah melalui proses panjang. Menurut dia, buku ini merupakan kumpulan karya fotografi jurnalistiknya selama bekerja profesional sebagai fotografer mendampingi sosok Khofifah Indar Parawansa.
“Semenjak beliau menjabat sebagai Menteri Sosial RI di tahun 2014 era Presiden Joko Widodo. Bahkan sebelum menjabat sebagai Mensos RI, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan di Era Pemerintahan KH. Abdur Rahman Wachid (Gus Dur),” jelasnya.
Trisnadi mengisahkan, dirinya selama lebih dari 10 tahun, tak kurang ada sekitar 500 ribu frame foto yang telah ia hasilkan. Foto-foto itu, menurut dia, sangat disayangkan bila hanya disimpan dalam laptop atau memori saja.
Sehingga, lewat buku tersebut, ia ingin agar karya fotonya bisa lebih bermanfaat bagi khalayak, khususnya generasi muda. Bahwa, lanjut dia, ada sosok dari Surabaya, Jawa Timur yang telah mendunia, yang bisa dijadikan figur panutan yaitu Khofifah Indar Parawansa.
“Dari situ saya kemudian berdiskusi dengan beberapa teman, untuk membulatkan tekad membukukan karya foto saya. Dengan harapan akan banyak yang belajar bagaimana seorang tokoh perempuan seperti Khofifah meniti karirnya hingga kini dua tahun memimpin Jawa Timur,” jelasnya.
Dia menceritakan proses kreatif dalam pembuatan buku tersebut diawali dengan pengalaman meliput dan memotret setiap langkah Khofifah, baik saat menjadi Menteri Sosial, saat kampanye Pilgub 2018 hingga selama menjabat sebagai Gubernur Jatim.
Menurut dia, Khofifah merupakan sosok yang kuat, pekerja keras dan ikhlas. Hal itu merupakan karakter yang kuat yang ada pada sosoknya. Ia mengingat betul saat memotret kegiatan Khofifah bernegosiasi dengan aktivis GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
“Beliau tak ada takut-takutnya. Perempuan, sendirian pula. Di sana, ia bernegosiasi dengan mereka dan memastikan bahwa Aceh aman,” tegasnya.
Selain itu, ia juga teringat saat memotret langkah Khofifah di Puncak Jaya demi meninjau ketersediaan pangan dan juga menyebarkan semangat nasionalisme. “Padahal, waktu itu daerah sana kondisi sedang kisruh,” jelasnya.
Bagi Trisnadi, ia sangat kagum dengan kepribadian dan jiwa nasionalisme Khofifah. Menurut dia, berbagai ancaman medan alam yang terbilang terjal untuk dilalui pesawat capung, hingga ancaman tembakan para sniper tidak ia hiraukan.
“Ibu Khofifah selalu berpesan kepada saya yang penting ikhlas. Kalau kita ikhlas, Allah yang akan menjaga kita,” tegas mantan Kades Kureksari, Kecamatan Waru, Sidoarjo itu.
Fatimatuz Zahroh menambahkan, buku yang ditulisnya itu salah satu bentuk untuk mengapresiasi seorang sosok Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, sosok Khofifah layak dijadikan panutan dan inspirasi bagi generasi muda yang ingin mewakafkan jalan hidupnya untuk pergerakan dan bangsanya.
“Jadi buku ini menurut saya perpaduan yang harmoni, antara karya visual fotografi yang dipadukan dengan narasi jurnalistik,” ucapnya.
“Pesan buku ini bukan hanya sepak terjang dan kiprah seorang Khofifah, tapi juga bagaimana memiliki karakter seorang pemimpin. Semoga ini memberikan manfaat bagi anak-anak muda dan juga semua pembaca,” harapnya.