JEMBER, FaktualNews.co – Sebanyak 80 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember (Unej) menggelar unjuk rasa di depan kampusnya, Jalan Jawa, Kecamatan Sumbersari, Jember, Selasa (4/1/2022).
Mereka memprotes sikap kampus yang tidak profesional dalam Pemilihan Raya (Pemira) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Mereka meminta klarifikasi dari pihak Dekanat FEB Unej, karena ada intimidasi kepada sejumlah mahasiswa, soal keterlibatan dalam pelaksanaan Pemira BEM FEB Unej.
Terlebih lagi, akibat sikap tidak profesional dan mencederai nilai demokrasi di wilayah kampus, menyebabkan Pemira BEM menjadi sengketa. Dengan hasil suara dan kemenangan salah satu paslon selisih tipis.
Pantauan di lokasi aksi, unjuk rasa atau demonstrasi 80 mahasiswa itu dimulai pukul 14.00 WIB. Massa aksi melakukan longmarch dari lapangan Unej menuju depan Gedung Dekanat FEB Unej.
Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dengan petugas keamanan kampus saat mahasis merangsek maju. Pasalnya Dekan FEB Unej Prof Isti Fadah tidak segera keluar menemui massa aksi.
“Kami hitung sampai sepuluh, jika pihak dekan atau Bu Dekan tidak keluar, kami akan masuk paksa ke gedung dan meminta klarifikasi,” kata seorang aktivis.
Tidak lama kemudian, Dekan FEB Unej Prof Isti Fadah menemui massa. Namun dalam pertemuan singkat itu, Isti Fadah menghendaki mediasi di dalam ruang kerjanya, dengan sistem perwakilan.
“Monggo 6 orang perwakilan masuk ke dalam, kita komunikasi di dalam. Silakan tentukan siapa yang mewakili, saya di dalam,” kata Isti di depan massa.
Sejurus kemudian terjadi mediasi di dalam gedung, namun secara tertutup. Wartawan dilarang masuk ruangan. Perwakilan dari Dekanat FEB Unej juga menolak dikonfirmasi.
Petugas keamanan kampus mengusir sejumlah wartawan dari dalam ruangan.
Terpisah, Korlap Aksi Nelles Harlowin menjelaskan masalah yang terjadi di kampus FEB Unej adalah tentang pelaksanaan Pemira BEM.
Nelles menjelaskan, unjuk rasa dipicu adanya intimidasi di tingkat Dekanat kampus kepada mahasiswa. Mahasiswa diarahkan memilih paslon nomor 01 sebagai Ketua BEM FEB Unej.
Ada bukti-bukti kuat intimidasi itu, kata Nelles, dalam bentuk VN (voice note), percakapan singkat via aplikasi Whatsapp, telepon ke mahasiswa. Mengancam nantinya akan mempersulit kegiatan mahasiswa.
“Untuk bentuk VN itu, yang mengirim Dekan FEB Prof Isti Fadah. Dengan jelas mengarahkan suara kepada Paslon nomor 01,” kata Nelles dikonfirmasi wartawan.
Nelles pun memperdengarkan suara VN dari dekan Prof Isti tersebut. ‘Ada pemilihan BEM di FEB (Unej), anu (mahasiswa) S2 bisa milih. Tolong teman-temannya di anu (arahkan, red) ya. Untuk memilih paslon nomor 1 Chandra. Nasionalis dan komunikasinya bagus dengan FEB, kinerja juga bagus. Tolong ya’.
“Dari ini kami menilai mencederai demokrasi di tingkat kampus. Aksi APD (Aliansi Penyelamat Demokrasi) ini dari teman-teman (mahasiswa FEB Unej), perihal sakit hati atas beberapa intervensi dari beberapa pihak pimpinan itu (Dekanat) ke teman-teman, dalam Pemira di FEB,” katanya.
Nelles juga mengungkapkan bentuk intimidasi lain lewat percakapan di whatsapp.
“Itu perihal dari salah satu mahasiswa yang mengatasnamakan asisten Kaprodi. Beliau menganjurkan memilih salah satu paslon. Kita satukan suara, siapa yang keluar barisan akan saya pangkas. Saya (tidak) mau direpoti perihal magang BUMN dan juga lainnya. Itu tertuang dalam teks (percakapan singkat lewat aplikasi Whatsapp),” ungkap Nelles.
Untuk yang dalam bentuk voice percakapan telepon kepada salah satu mahasiswa, kata Nelles, juga ada.
“Isinya kurang lebih, salah satu Kaprodi telepon kepada seorang mahasiswa, waktu hari H si mahasiswa ditanya, ‘kamu sudah memilih? Dia menjawab, sudah bapak, teman-temanmu juga sudah memilih? Dia juga menjawabnya ‘mohon maaf ini sifatnya privasi, karena sesuai asas demokrasi’ Lalu si Kaprodi itu menjawab sambil tertawa ‘hahaha. Kamu pasti memilih paslon 02. Kemudian hpnya dimatikan,” jelasnya, menirukan percakapan telepon antara mahasiswa dengan oknum kaprodi.
“Karena sedikit ketakutan, dia (mahasiswa yang ditelpon Kaprodi), membalas kembali sambungan telepon lewat chat (percakapan pendek via aplikasi Whatsapp), mempertanyakan percakapan telepon yang terputus singkat itu. Kemudian dibalas singkat ‘aku ora butuh suaramu….. paham sekarang’ gitu kira-kira,” sambungnya.
Lebih lanjut Nelles juga mengatakan, pelaksanaan Pemira BEM itupun, katanya, saat ini menjadi persoalan dan tidak selesai.
“Apalagi yang menang paslon nomor 01, tapi prosesnya (menang) kita tidak tahu. Selisih suaranya juga tipis. Sampai saat ini masih sengketa,” tandasnya.