FaktualNews.co

Kebijakan Minyak Goreng Satu Harga, Pedagang Pasar Tradisional Lamongan Merana

Peristiwa     Dibaca : 1072 kali Penulis:
Kebijakan Minyak Goreng Satu Harga, Pedagang Pasar Tradisional Lamongan Merana
Sutri salah satu pedagang pasar tradisional Lamongan.

LAMONGAN, FaktualNews.co-Para pedagang minyak goreng di pasar tradisional di Kabupaten Lamongan merana akibat sepi pembeli karena subsidi dari pemerintah yang menerapkan kebijakan satu harga. Bahkan mereka akan menelan kerugian cukup besar, karena dengan menjual harga kulakan lama untuk modal saja tidak kembali.

“Orang pasar ini sedih semua, soalnya kulakan dengan harga lama semua. Seharusnya program pemerintah tidak begitu, malah menyusahkan pedagang pasar,” kata Wiwik, salah satu pedagang di Pasar Sidoharjo Lamongan, Jumat (21/1/2022).

Menurut Wiwik, sejak adanya minyak goreng seharga Rp. 14 ribu per liter di toko ritel modern, para pedagang di pasar kehilangan pembeli. “Tak laku sama sekali, satu pun nggak laku mulai kemarin,” ucap Wiwik, dengan nada geram saat diwawancarai.

Hilangnya konsumen minyak di pasar tradisional disebabkan selisih harga yang begitu tinggi antara toko ritel modern dengan di pasar tradisional. Jika di ritel modern seharga Rp14 per liter, para pedagang masih menjual dengan harga di atas Rp 20 ribu per liter.

“Kita masih pakai harga normal, karena belinya segitu dari salesnya. Kita kulakan harga Rp 40 ribu (kemasan 2 liter) lha kok di supermarket Rp 28 ribu. Bisa bayangkan rugi berapa kita,” tuturnya.

Wiwik pun mengaku tidak bisa berbuat banyak menghadapi situasi yang terjadi. Dia juga kebingungan untuk menjual minyak-minyak yang ada di gudangnya.  “Ya sudah ndak ada yang beli sama sekali, setiap ada yang nanya harga minyak, langsung balik gak jadi beli. Katanya mahal. Iya kalau kulakan 1 atau 2  kardus aja, sekarang ini stok saya masih ada 20 dus lebih,” ujarnya.

Wiwik menambahkan, seharusnya pemerintah harus lebih bijak dan memperkirakan segala dampak yang akan terjadi. Teknisnya juga harus dipersiapkan dengan matang sebelum menerapkan suatu kebijakan.

“Seharusnya kalau mau memberi subsidi, yang di sales-sales itu ya diberhentikan dulu, jadi stok di pedagang pasar ini ndak numpuk. Sudah terlanjur stok banyak, malah sekarang memberikan subsidi di supermarket. Iya kalau subsidinya sehari atau dua hari, lha ini kan rencananya sampai 6 bulan. Terus gimana pedagang di pasar kalau kayak gini. Terus mau dijual ke mana minyak-minyak ini,” kata Wiwik.

Hal senada juga diungkapkan Sutri pedagang pasar tradisional Lamongan, yang khawatir minyak-minyak dagangannya tidak laku. “Kebijakan seperti ini sangat merugikan, kita kehilangan pembali. Minyak 2 liter saya kasih harga Rp. 40 ribu aja ndak mau, kata pembeli si minimarket harganya cuma Rp. 28 ribu,” kata Sutri.

Sutri berharap segera ada solusi atas persoalan yang timbul dari kebijakan satu harga minyak goreng kemasan dengan Rp14 ribu yang baru diterapkan di ritel modern, agar para pedagang di pasar tradisional tidak mengalami kerugian berkepanjangan. “Orang pada beli di minimarket semua, Setiap ada yang nanya ndak jadi beli,” gerutunya.

Diketahui penerapan kebijakan satu harga minyak goreng kemasan supaya minyak goreng dengan harga terjangkau oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang dimulai dari ritel modern sejak kemarin, kemudian nantinya juga akan diterapkan di toko-toko yang ada di pasar tradisional.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Aris