FaktualNews.co

Mengintip Home Industri Kue Keranjang di Mojokerto yang Pertahankan Resep Warisan Leluhur

Sosial Budaya     Dibaca : 970 kali Penulis:
Mengintip Home Industri Kue Keranjang di Mojokerto yang Pertahankan Resep Warisan Leluhur
FaktualNews/Muhammad Lutfi Hermansyah/
Caption : Atik Susianawati Elisa menata kue keranjang hasil produksinya di kediamannya, di Jalan Jayanegara, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Perayaan Imlek dengan kue keranjang tak pernah terlewatkan. Kue keranjang bukan cuma sekedar kue tapi juga persembahan untuk Dewa Dapur yang turun dari langit pada saat tahun baru China.

Bagi banyak keturunan Tionghoa, nama kue keranjang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Kue bulat ini bercita rasa manis diharapkan bisa memberikan dorongan kepada Dewa, agar laporan yang dibawanya ke langit yang baik-baik saja.

Menurut kepercayaan orang-orang Tionghoa, kue keranjang digunakan untuk persembahan Dewa Dapur yang turun dari langit pada saat tahun baru, bertugas melaporkan hal baik dan buruk selama tutup buku pergantian tahun.

Dalam perkembangannya, kue ini sudah menjadi ajang untuk bersilahrurahmi atau menjaga hubungan dengan saling mengirim kue keranjang menjelang perayaan Imlek kepada sanak saudara maupun rekanan bisnis.

Meski hanya ramai menjelang Imlek, bisnis kue keranjang tak pernah lekang. Di sekitaran Mojokerto, terdapat home industri kue keranjang. Terletak di Jalan Jayanegara, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

Home industri ini termasuk legendaris, sudah ada sejak 1950-an dan kini dikelola oleh generasi ketiga. Saat ini bisnis tersebut dikelola oleh Atik Susianawati Elisa.

“(Produksi kue keranjang) sudah lama sekali, sejak nenek saya mulai bikin, kemudian diturunkan ke mama saya, baru mama ke saya. Awalnya sekitar tahun 50 sampai 55-an,” katanya di sela-sela proses produksi kue keranjang, Sabtu (22/1/2022).

Tidak ada yang menyangka kalau bisnis kue keranjangnya tetap langgeng dan bertahan di lidah para pelanggannya hingga sekarang.

Namun, semenjak ada pandemi Covid-19 sempat mengalami penurunan konsumen.

“Kalau dulu stabil, semenjak ada Covid-19 ya menurun. Kita mengirim ke daerah Surabaya dan Malang,” ujar Atik.

Diakui Atik, bisnis kue keranjang adalah bisnis musiman saja, yang permintaanya sangat tinggi menjelang Imlek. Meskipun hanya musiman keuntungannya luar biasa.

“Orang-orang sudah banyak pesan 2 minggu sebelum perayaan Imlek, sekarang ini puncak permintaannya,” tukasnya.

Saat ditanya apa yang menjadi kunci suksesnya, ia hanya mengatakan bahwa untuk tidak ditinggalkan pelanggan. Ia tetap mempertahankan proses pembuatan kue keranjang sesuai resep warisan leluhur,  mulai dari penggilingan tepung ketan, pengayakan, pengadonan, pencampuran gula dan adonan, sampai proses masak.

Tak heran setiap tahunnya ia bisa memanen rezeki dari kue keranjang dengan omset hingga jutaan rupiah menjelang imlek. Namun pendapatan tahun ini lebih sedikit dibanding sebelum pandemi Covid-19.

Harga kue keranjang yang ia jual cukup kompetitif yaitu berkisar Rp 20.000 sampai 25.000 per satu biji dengan berat setengah kilogram.

Atik menambahkan meski sekarang ini terjadi krisis permintaan kue keranjang, ia akan tetap melestarikan bisnis warisan leluhurnya itu sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi tionghoa. “Ini tradisi, akan saya pertahankan,” imbuhnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid